Fandy Aditya
Sampai sekarang aku gak tau di baca a-nim atau a-ni-me. Tapi yang jelas, penonton anime dari tahun ke tahun akan terus meningkat. Karena apa? Karena anime itu memang bagus. Anime, film, sinetron the truth is kita tidak terlalu membeda-bedakan karena dia itu orang asli, animasi atau efek 3d. Asalkan smooth dan watchable, kita akan membuat itu semua sama yakni video media. Dulu anime adalah digaungi oleh beberapa segmen, menurutku karena insfrastruktur untuk nonton anime memang masih kurang.
Di post sebelumnya aku sering nge-boost bagaimana bagusnya tiktok, dan inovatif tiktok, teknologinya, platformnya. Tiktok berhasil membuat para creator untuk membuat short video yang bisa membuat user ketagihan berdasarkan sinyal insentif yang mereka rancang, atau bahkan mereka tidak perkirakan.
Tapi karena sesukses itu, tiktok memuaskan otak kita, memberikan candu akan rasa enak dari menonton short video dengan segala algoritma yang sudah di enhance dengan teknologi terkini. Konten baru dan visual. Tiktok sekarang bikin orang mendapatkan informasi mesti nunggu ada orang joget-joget di background ditambah dengan hook lagu jedag jedug nungguin irama yang pas.
Tadi aku baru baca thread di twitter kalau seberapa penting magnesium di tubuh kita dan bagaimana kondisi dari orang-orang yang mengalami kekurangan magnesium. Bagaimana kondisi asupan makanan kita yang tidak memenuhi asupan magnesium harian yang dianjurkan. Oleh karena itu dianjurkan untuk minum suplemen.
Tanah di dunia ini sudah tidak se-rich dan se-asri dulu. Kandungan mineral yang baik untuk tubuh sudah berkurang, oleh karena itu merembet hingga ke makanan sehari-hari jadinya ikut berkurang.
Jam 22:00 tadi aku interview buat part-time. Aku sudah nyiapin buat tech interview ini tipis-tipis lah Nyelesaiin minimal CP 1 sehari:
New Habit Creation: 1 CP A Day
Tapi ternyata belum beruntung. Interview company luar, komunikasi aku rasa cukup clear, walaupun cuma sama-sama make “global english”. Tapi ketika di live code aku K.O. Aku ngerti soalnya, tapi banyak edge case yang mesti dicari dan dipikirkan sedangkan time limitnya kurang.
Langsung dikasi tau kalau tidak bisa lanjut dan ya langsung bubar.
Seberapa lingkungan mempengaruhi habit kita? Sebetulnya hampir mendekati 90%. Kita makhluk sosial, kita mengikuti menilai berdasarkan apa yang dilakukan mayoritas dari lingkungan sekitar kita.
Sama halnya juga ketika tau lingkungan sekitar kita itu memiliki sesuatu yang tidak baik, namun kita tidak ingin melakukan kebiasaan itu. Cara terbaik untuk tidak melakukannya adalah keluar dari lingkungan itu. Kalau ada yang bisa stay di lingkungan tanpa melakukan sesuatu tersebut, itu menurutku one of a kind.
Masih ingat kah kalian hidup tanpa ride hailing apps, gojek grab? Masih ingat kah kalian hidup tanpa go/grab food? Itu masih sebentar lo, baru 7-8 tahun lalu! Tapi aku yakin kalian tidak mau kembali ke masa-masa itu.
Sekarang semua udah serba gampang. Nge-gojek dan Nge-grab udah menjadi kata kerja. Karena sudah terintegrasi dikehidupan sehari-hari, sudah menjadi kebiasaan sosial, yang sudah jadi keubutuhan.
Masih ingat dulu waktu mau merantau? Mesti kirim motor dari rantauan, dan kalau gak punya motor, mesti nebeng temen, atau nyari ojek pangkalan, atau taxi yang harganya sangat tidak linear dan adil?
Sebuah quotes yang sangat familiar pastinya. Quotes ini datang dari gym, berasal dari dunia weight lifting. Dimana secara science, ketika ingin membesarkan otot, kita harus memberikan pain ke otot kita, ke tubuh kita, baru dia akan bisa membukakan jalan agar otot kita bisa makin kekar dan besar.
Sejujurnya, itu semua juga bisa di aplikasikan di konteks yang lebih luas. Salah satunya yang akan kita bahas disini adalah psikis.
Kita harus melatih mental, psikis kita sedikit demi sedikit.
Om-om suka nimbrung. Pokoknya ada stereotype dia suka ngobrol. Apapun. Sekedar basa-basi, atau terkadang ada sebuah common interest diantara om-om ini kayak bola, politik, berita musibah dan lain-lain yang pokoknya bikin nyambung aja.
Walaupun orang tersebut layak berada pada usia om-om, tapi yang dimaksud om-om disini itu, pria paruh baya yang suka nimbrung, yang mereka ngobrol aja lah pokoknya. Hard to describe tapi aku percaya, kalian tau “om-om” itu kayak gimana.
Ketika aku kecil aku lebih milih main ps seharian daripada bersosial. Darisana aku berasumsi bahwa aku tidak suka bersosial, dan terus lanjut lanjut dan akhirnya aku tau istilah introvert. Aku mengakui diri sebagai introvert. Klaim itu membuatku tidak menyukai sosial sebagai pembenaran. Tapi sekarang aku sadar bersosial itu wajib.
Ketika aku mendapatkan hasil test 16 personalities INFJ aku mikir: “Aku ini introvert, wajar dong aku gak suka bersosial”. Tapi kalau di kilas balik, aku bukannya tidak bersosial kayak hikikomori di Jepang.
Kemarin aku denger diskusi bapak-bapak di pura, tentang dampak covid di Bali, bagaimana Bali yang sangat berdampak, bisnis lokal yang bergantung dengan tourism itu kena. Bali lumpuh karena masih mayoritas bergantung dengan pariwisata. Tapi aku jadi mikir, kenapa sih orang-orang pada mau datang ke Bali untuk berwisata for the first place. Coba kita lihat alam. Aku akui memang Bali beraneka ragam manjaan alam bisa didapatkan disini. Tapi di Indonesia tidak hanya Bali yang memiliki alam yang memukau.
Hari ini aku kepeleset di tangga. Tangan kiri menumpu badanku biar tulang ekorku tidak terbentur dengan lantai. Pergelangan kiriku langsung bengkak. Langsung ke fisiotheraphy, untungnya dibilang ringan, tapi sakitnya wohoo sakit banget. Sekarang udah mendingan, udah bisa dipakai ngetik. Cuma jatuh biasa lho, enggak jatuh dari lantai 2 atau gimana, tapi efeknya lumayan.
Aku ngerasa badan kita ini sangat rapuh di modern world. Modern world yang sudah di dominasi oleh konkrit dan logam, yang powernya bisa memberikan kita damage ton-ton-an.
Buatlah sesuatu menjadi langka, atau sekedar seolah-olah menjadi langka, bikin sesuatu itu menjadi lebih berharga.
Aku ingat ketika aku baru merantau di Jakarta. Setiap ada kesempatan, aku bakal mampir ke warung deket kos yang hanya menjual indomie dan nasi telur. Telur dadar polosan yang baru digoreng serta nasi putih hangat yang menemani sangat precious saat itu. Membuatku langsung rindu rumah. Padahal dirumah mah sekarang tiap hari makan itu terus, aku tidak ,merasakan lagi “wah”-nya.
Aturan utama untuk berdiskusi adalah semua anggota diskusi memang memiliki etikad baik untuk berdiskusi, untuk mencari tau informasi, saling bertukar informasi dan mendapatkan mufakat atau solusi dari masing-masing pribadi.
Ketika sudah ada anggota yang ikutan berdiskusi cuma untuk didengarkan, membesar-besarkan diri, untuk memuaskan egonya dia, cara yang paling cepat dan hemat adalah jangan dianggap, tendang atau batalkan diskusi dengan orang itu.
Karena kalian pasti sudah pada tau, orang yang dateng cuma hanya ingin ngeboost dirinya sendiri, setiap dari argumennya dia tidak akan terima akan bantahan dan akhirnya menyerang personal bukan menyerang isi argumen, biasanya akan kayak gitu.
Tadi aku habis donor darah di rumah sakit. Aku udah lamaaa banget enggak kerumah sakit dan, aku kaget gak kaget, ternyata rumah sakit itu rame banget. Rame yang kayak mall lah.
Aku asumsikan kalau rumah sakit ini memang ramai, bukan cuma rumah sakit yang ku kunjungi, bukan cuma yang di Bali, tapi di Indonesia. Tapi bagaimana kalau di dunia? Entah kenapa akan selalu ku bandingkan dengan jepang, karena jepang dimataku itu memang menjadi benchmark atas kesehatan, dan lain lain karena biasanya dia beda sendiri.
Tidak ada pakem asli. Aku sendiri belum pernah quit dari kerjaan, tapi dari beberapa cerita teman dan informasi yang beredar di internet, aku bisa kasi beberapa insight. Informasi akan bervariasi berdasarkan stage dari kehidupan kita, dimulai dari kita, single umur 20 tahunan, sampai sudah berkeluarga.
Ketika kamu masih single 20 tahunan, quit ketika memang kerjaan itu sudah tidak memberikan kita apresiasi atau benefit yang sesuai dengan kerjaan dan tanggung jawab kita.