avatar

Fandy Aditya

Lingkungan mempengaruhi habit

Seberapa lingkungan mempengaruhi habit kita? Sebetulnya hampir mendekati 90%. Kita makhluk sosial, kita mengikuti menilai berdasarkan apa yang dilakukan mayoritas dari lingkungan sekitar kita. Sama halnya juga ketika tau lingkungan sekitar kita itu memiliki sesuatu yang tidak baik, namun kita tidak ingin melakukan kebiasaan itu. Cara terbaik untuk tidak melakukannya adalah keluar dari lingkungan itu. Kalau ada yang bisa stay di lingkungan tanpa melakukan sesuatu tersebut, itu menurutku one of a kind.

Inovasi Pemudah Hidup

Masih ingat kah kalian hidup tanpa ride hailing apps, gojek grab? Masih ingat kah kalian hidup tanpa go/grab food? Itu masih sebentar lo, baru 7-8 tahun lalu! Tapi aku yakin kalian tidak mau kembali ke masa-masa itu. Sekarang semua udah serba gampang. Nge-gojek dan Nge-grab udah menjadi kata kerja. Karena sudah terintegrasi dikehidupan sehari-hari, sudah menjadi kebiasaan sosial, yang sudah jadi keubutuhan. Masih ingat dulu waktu mau merantau? Mesti kirim motor dari rantauan, dan kalau gak punya motor, mesti nebeng temen, atau nyari ojek pangkalan, atau taxi yang harganya sangat tidak linear dan adil?

No Pain No Gain

Sebuah quotes yang sangat familiar pastinya. Quotes ini datang dari gym, berasal dari dunia weight lifting. Dimana secara science, ketika ingin membesarkan otot, kita harus memberikan pain ke otot kita, ke tubuh kita, baru dia akan bisa membukakan jalan agar otot kita bisa makin kekar dan besar. Sejujurnya, itu semua juga bisa di aplikasikan di konteks yang lebih luas. Salah satunya yang akan kita bahas disini adalah psikis. Kita harus melatih mental, psikis kita sedikit demi sedikit.

Nimbrung kayak om-om

Om-om suka nimbrung. Pokoknya ada stereotype dia suka ngobrol. Apapun. Sekedar basa-basi, atau terkadang ada sebuah common interest diantara om-om ini kayak bola, politik, berita musibah dan lain-lain yang pokoknya bikin nyambung aja. Walaupun orang tersebut layak berada pada usia om-om, tapi yang dimaksud om-om disini itu, pria paruh baya yang suka nimbrung, yang mereka ngobrol aja lah pokoknya. Hard to describe tapi aku percaya, kalian tau “om-om” itu kayak gimana.

Bersosial

Ketika aku kecil aku lebih milih main ps seharian daripada bersosial. Darisana aku berasumsi bahwa aku tidak suka bersosial, dan terus lanjut lanjut dan akhirnya aku tau istilah introvert. Aku mengakui diri sebagai introvert. Klaim itu membuatku tidak menyukai sosial sebagai pembenaran. Tapi sekarang aku sadar bersosial itu wajib. Ketika aku mendapatkan hasil test 16 personalities INFJ aku mikir: “Aku ini introvert, wajar dong aku gak suka bersosial”. Tapi kalau di kilas balik, aku bukannya tidak bersosial kayak hikikomori di Jepang.

Budaya

Kemarin aku denger diskusi bapak-bapak di pura, tentang dampak covid di Bali, bagaimana Bali yang sangat berdampak, bisnis lokal yang bergantung dengan tourism itu kena. Bali lumpuh karena masih mayoritas bergantung dengan pariwisata. Tapi aku jadi mikir, kenapa sih orang-orang pada mau datang ke Bali untuk berwisata for the first place. Coba kita lihat alam. Aku akui memang Bali beraneka ragam manjaan alam bisa didapatkan disini. Tapi di Indonesia tidak hanya Bali yang memiliki alam yang memukau.

Badan Rapuh

Hari ini aku kepeleset di tangga. Tangan kiri menumpu badanku biar tulang ekorku tidak terbentur dengan lantai. Pergelangan kiriku langsung bengkak. Langsung ke fisiotheraphy, untungnya dibilang ringan, tapi sakitnya wohoo sakit banget. Sekarang udah mendingan, udah bisa dipakai ngetik. Cuma jatuh biasa lho, enggak jatuh dari lantai 2 atau gimana, tapi efeknya lumayan. Aku ngerasa badan kita ini sangat rapuh di modern world. Modern world yang sudah di dominasi oleh konkrit dan logam, yang powernya bisa memberikan kita damage ton-ton-an.

Scarcity

Buatlah sesuatu menjadi langka, atau sekedar seolah-olah menjadi langka, bikin sesuatu itu menjadi lebih berharga. Aku ingat ketika aku baru merantau di Jakarta. Setiap ada kesempatan, aku bakal mampir ke warung deket kos yang hanya menjual indomie dan nasi telur. Telur dadar polosan yang baru digoreng serta nasi putih hangat yang menemani sangat precious saat itu. Membuatku langsung rindu rumah. Padahal dirumah mah sekarang tiap hari makan itu terus, aku tidak ,merasakan lagi “wah”-nya.

Berdiskusi

Aturan utama untuk berdiskusi adalah semua anggota diskusi memang memiliki etikad baik untuk berdiskusi, untuk mencari tau informasi, saling bertukar informasi dan mendapatkan mufakat atau solusi dari masing-masing pribadi. Ketika sudah ada anggota yang ikutan berdiskusi cuma untuk didengarkan, membesar-besarkan diri, untuk memuaskan egonya dia, cara yang paling cepat dan hemat adalah jangan dianggap, tendang atau batalkan diskusi dengan orang itu. Karena kalian pasti sudah pada tau, orang yang dateng cuma hanya ingin ngeboost dirinya sendiri, setiap dari argumennya dia tidak akan terima akan bantahan dan akhirnya menyerang personal bukan menyerang isi argumen, biasanya akan kayak gitu.

Rumah Sakit terlalu ramai

Tadi aku habis donor darah di rumah sakit. Aku udah lamaaa banget enggak kerumah sakit dan, aku kaget gak kaget, ternyata rumah sakit itu rame banget. Rame yang kayak mall lah. Aku asumsikan kalau rumah sakit ini memang ramai, bukan cuma rumah sakit yang ku kunjungi, bukan cuma yang di Bali, tapi di Indonesia. Tapi bagaimana kalau di dunia? Entah kenapa akan selalu ku bandingkan dengan jepang, karena jepang dimataku itu memang menjadi benchmark atas kesehatan, dan lain lain karena biasanya dia beda sendiri.

When to Quit Job

Tidak ada pakem asli. Aku sendiri belum pernah quit dari kerjaan, tapi dari beberapa cerita teman dan informasi yang beredar di internet, aku bisa kasi beberapa insight. Informasi akan bervariasi berdasarkan stage dari kehidupan kita, dimulai dari kita, single umur 20 tahunan, sampai sudah berkeluarga. Ketika kamu masih single 20 tahunan, quit ketika memang kerjaan itu sudah tidak memberikan kita apresiasi atau benefit yang sesuai dengan kerjaan dan tanggung jawab kita.

Quitting Job

Juni 2020, ketika pandemi masih tinggi-tingginya. Aku pulang ke Bali, meninggalkan Jakarta, membawa pulang semua barang-barangku disana dengan mimpi yang besar. Bikin apps, monetize, dan quit job. Kalau belum bisa di monetize, ngegojek dulu beberapa bulan. Ketika aku sekarang inget kemarin aku pernah mikir gitu, bego juga ya haha. Itu semua berawal di tahun 2019. Kerjaan tidak ada yang fullfiling, tidak ada yang impactful, the pay was ok. Surfing di Internet, ketemu link di comment video random, aku klik dan browser mengarahkan ke website Indiehackers.

Kopi Kekinian

Aku suka kopi kekinian. Walaupun aku gak butuh minum kopi, gak pernah ngidam kopi, tapi aku suka kopi kekinian. Aku lupa siapa yang memulai, mungkin ada sejarahnya ya kopi kekinian ini semacam variasi dari minuman boba. Kalau boba chattime. Kalau kopi kekinian mungkin fore, atau kopi kenangan ya yang memulai. Favoritku sekarang ada konnichiwa. Aku tidak bisa bedain beberapa kopi kekinian yang ada, tapi konnichiwa ini memang lebih enak. Pacar udah kayak ambasador konnichiwa dan aku sering ikutan beli, dan memang konnichiwa paling enak dilidahku diantara yang lain.

1 Oktober

1 Oktober, hari yang biasanya kita rayakan sebagai hari kesaktian pancasila, sekarang secara bersamaan akan menjadi hari kita berkabung. Tragedi Stadion Kanjuruhan Malang 2022. Sejam lebih aku hari ini scrolling twitter, searching informasi tentang tragedi itu, bagaimana, apa yang mengakibatkan hilangnya 182 nyawa (3 oktober) saudara kita. Turut berduka cita terhadap saudara-saudara kita yang menjadi korban disini, beserta keluarganya yang ditinggalkan di . Setiap aku membayangkan, keluarga yang menunggu anggotanya pulang dari senang-senang habis dari stadion menonton laga sepakbola tim favoritnya, tapi ternyata yang datang kerumahnya adalah ambulan, langsung hati ini rasanya kayak ada yang menusuk pakai jarum tipis yang tajam.

Beli Buku Impulsif

Hari itu di Bandara, pulang dari Jogja habis menghadiri wisuda adik sepupu. Sambil nunggu flight, mampir ke toko buku disana. Karena tokonya di bandara aku kira harganya bakal mahal, ternyata ada yang tidak. Aku melihat dari sampul asli buku, yang berisi harga $14, disana harganya 150 ribu. (Lebih murah malah kalau rate sekarang!). Jadinya aku coba beli satu novel fiksi, karena aku sama sekali gak pernah baca novel fiksi tebel, judulnya Dune.