Fandy Aditya
Sekarang aku lagi kerja. Ngerjain kerjaan yang besok, aku kerjain malem ini. Kenapa aku kerjain karena melihat kebiasaan yang biasanya aku setiap pagi tidak langsung kerja. Tapi olahraga dan melakukan hal lain. Disisi lain rekan kantor pagi sudah kontak untuk nanya kerjaan. Jadi supaya kegiatanku tetap jalan, tapi tidak mengganggu tim, aku kerjain malem aja.
Night owl. Aku udah sempat nulis disini:
Night Owl
Beberapa minggu kebelakang aku suka bingung waktu malem.
Aku lagi melipir di pinggir jalan. Sambil nunggu waktu, dan batre laptop lagi 20%, jadi aku mau nulis cepat aja. Aku jadi inget dulu aku suka nongkrong di pinggir jalan. Waktu SMA, setiap malam kalau pingin keluar karena pingin aja aku bakal ke CK deket rumah dipinggir jalan raya. Itu udah kayak hidden gem, karena CK-nya kecil, dan ada bangku satu menghadap ke jalan raya. Aku bakal beli Green Sands, atau Tebs sambil sruput dikit-dikit dan memandangi jalan raya.
Beberapa tahun lalu aku baca cerita di reddit. Dia anonymus, bercerita dia itu adalah top 0.1% keluarga terkaya di china lah. Kayaknya sih anaknya yang punya Huawei. Dia kuliah kayak anak biasa, menghumblekan diri. Apartemen joinan 2 orang. Tapi dia merasa sedih karena melihat temennya nyari uang buat biaya kuliah jadinya malah kuliahnya sampai terbengkalai. Jadi dia berinisiatif buat bantu.
Akhirnya bantu-bantu. Temennya ujung-ujungnya malah terus minta duit, dan yang terakhir akhirnya ngelunjak, tapi si dia enggak ngasi.
Aku inget aku nonton video di youtube yang dia experiment untuk tidak minum kopi selama 30 hari. Videonya MAtt D’Avella kalau gak salah. Dia, sebagai pencinta kopi yang sehari bisa 3x, experiment untuk stop minum kopi selama 30 hari.
Resultnya walaupun dia sukses dalam 30 hari bener-bener tidak minum kopi, tapi selama menjalankannya dia benar-benar tersiksa. Setelah 30 hari pada akhirnya dia tetap ingin melanjutkan minum kopi. Karena menurut dia, dengan tidak minum kopi, daya fokus, kreativitas dan kesenangan dia itu jadi berkurang.
Dirgahayu ke-77 Indonesiaku. Aku udah lama tidak merasakan suasana 17-an. Terakhir mungkin waktu SMA kali, karena ada serangkaian acara 17-an yang bikin event ini tu jadi teringat.
Semoga di tahun kemerdekaan yang genap 77 tahun ini, indonesia semakin maju. Doa yang sangat klise, tapi yaa sebenarnya itu aja doaku.
Tapi kepada siapa sih sebenarnya kita berdoa? kepada bangsa indonesia, kita adalah salah bagian dari bangsa indonesia. Jadi aku sebenarnya berdoa kepada diri sendiri sebenarnya.
Kemarin aku nemu thread unik di twitter. Katanya gen z lebih milih searching via tiktok daripada via google. Karena akurasi searching tiktok lebih sesuai dengan keinginan mereka.
Aku nyoba searching via tiktok. Dan beneran dapet. Aku search “Variasi masakan ayam diet”. Dan dapet,video yang sesuai pas yang aku inginkan. Dan malah bahan-bahan yang ada di video itu udah aku pesen online hahaha, kena spill.
Tiktok selain searchingnya juga bagus, kontenya juga bikin bagus.
Karena dibatasi kita jadinya harus mencapai goals yang sama tapi dengan resources yang terbatas. Otak akan di-force untuk ngide dan mengoptimalkan resource yang ada, dan akhirnya menciptakan sesuatu yang tidak biasa. Kreatifitas.
Dari fakta ini, banyak sekarang team yang sengaja resourcesnya dibuat kecil, karena itu bisa mengoptimalkan kerja tim, meningkatkan kreatifitas. Kreatifitas meningkatkan produktivitas.
Tidak ada ruginya menjadi kreatif. Terkadang kita memang memakan waktu yang lebih lama supaya kreatifitas kita dituangkan dalan sesuatu yang seharusnya tidak membutuhkan itu.
Aku baru-baru ini discover midjourney. AI yang bisa generate gambar berdasarkan deskripsi yang kita inputkan. Gambarnya aku udah liat, udah nyoba juga. Mamen, bukan main-main. Canggih banget.
Sebagai orang yang tidak bisa menggambar sama sekali, this is really really impresive. Aku bisa punya art dalam kurun waktu singkat dibanding hidupku selama 25 tahun.
Ketika ada sebuah teknologi kayak gini aku selalu mikir:
Siapa yang kena distrupt, existing apa yang kena distrupt Bisnis apa yang bisa tercipta atau ter-extend menggunakan ini.
Aku punya prinsip. 6 Prinsip yang (ingin) selalu kupegang selama berkehidupan saat ini. Aku tulis di halaman depan blog:
Start the uncomfortable conversation now It’s ok to feel stupid Money come and go Be present Ignore Society Perfect is boring Prinsip itu beda-beda tiap orang. Kenapa aku memilih 6 prinsip itu karena selama ini dengan mengikuti itu sudah menserve hidupku (saat ini) kearah yang lebih baik.
Prinsip itu ibarat musik.
Aku selalu ingin pernah tinggal di kota besar. 18 tahun hidup di Bali, lebih tepatnya di denpasar membuat keinginan itu. Bali yang gedungnya tidak boleh lebih tinggi dari 3 lantai itu membuatku penasaran bagaimana sih gedung-gedung pencakar langit di kota-kota besar.? Gimana sih jalanan yang katanya lebar-lebar bisa sampai 8 jalan mobil bisa masuk berbarengan?
Tapi setelah sudah mencobanya, tinggal di surabaya. Lalu di jakarta dalam bebrapa tahun. Terus pernah ke hongkong juga seminggu.
Aku kemarin ke nikahan teman. Di griya, atau secara teknisnya menggunakan full vendor lah. Dari upacaranya sampai pernikahannya.Aku dapet info nikahannya menghabiskan sekitaran 50 juta.
Man, nikahannya mewah. Kalau dengan 50 juta sudah mendapatkan apa yang aku liat kemarin, wah ini benar-benar good deals sih. Resepsi include catering makanan, tempat atau aula, snack, dekorasi, booth foto. Benar-benar good deals. Steal deal malah ini. No brainer ini sebenarnya kalau milih mau nikah di griya atau di rumah.
Men should not cry. Gitu kata society. Bukan kata society sih. Society memberikan sangsi kepada seorang pria ketika dia terlihat menangis. Menangis bagi seorang pria adalah suatu kelemahan. Setidak-setujunya kita terhadap norma sosial yang enggak jelas asal usulnya itu aku yakin kita juga akan berpandangan sama: Cowok nangis artinya lemah.
Gak ada yang akan membantu atau mengasihani seorang pria apabila pria itu menangis. Even sesama pria sekalipun. Oleh karena itu seorang pria berusaha sekuat tenaga untuk membangun achievement supaya ada orang yang “care” kepadanya.
Waktu aku kecil, setiap aku nyebrang ibuku bakal megang erat tanganku. Alasannya sepertinya safety karena memang aku ngeliat kan anak2 suka lari-lari langsung gak liat kanan kiri. Lucunya adalah kebiasaan itu masih sering dilakukan, pada saat ini ke aku udah jadi grown ass man kayak gini.
Minggu lalu aku flu berat. Seperti biasa bapak nawarin untuk mijetin aku. Pijetan bapak memang mantap. Besoknya langsung sembuh.
Pertanyaannya sampai kapan kegiatan itu bakal bisa didapatkan?
Kemarin aku tanya ke ibuku kayak gini: “Aku sama kakak kan merantau, apa yang bikin ibu percaya kalau kita gak bakal melakukan hal aneh-aneh?”
Jawabannya ibuku kayak gini: “Iya karena ibu udah percaya, ibu sudah memberikan kepercayaan ke anak-anak buat bisa mandiri. Ibu memang pinginnya anak-anak merantau, selain karena kampus di luar bali lebih bagus (selain kedokteran), bisa juga sebagai pengalaman untuk belajar memecahkan masalah (hidup)”
Aku merasa kurang puas dengan jawaban ibuku, tapi setelah aku tanya-tanya lagi sepertinya aku dapat alasannya.
Ada yang menarik perhatianku. Ketika aku kerja, terus istirahat dan memutuskan untuk main sosmed, aku bakal butuh force khusus untuk berhenti. Ketika aku mau mandi, terus main sosmed dulu sebelum mandi, aku bakal telat mandinya. Even kalau aku memutuskan untuk main game, tapi aku mau sekilas liat sosmed, main gamenya tu bakalan gak jadi. Padahal sama-sama tujuannya untuk entertainment. Social media is crazy.
Kecanduan main social media itu nyata. Ada sesuatu yang membuat kita tidak bisa berhenti untuk main social media.