Fandy Aditya
DISC test. Singkatan dari Dominance, Influences, Steadiness, Conscientiousness. Test untuk mengetahui personality kita di 4 traits itu, dan bisa mengimprove disisi kerja, komunikasi, teamwork, produktivitas, leadership dll. Aku udah test, dan hasilnya ini. Karena free, jadi cuma dikasi overal overview. Kita bakal bahas setiap paragraf satu-satu:
You tend to make decisions slowly and carefully, only after consideration of all variables and input from others. Of the many patterns of behavioral styles, your scores put you among a minority of the population (a positive minority) who show the trait of careful and deliberate decision-making when it comes to important decisions.
VARK atau singkatan dari Visual, Aural, Read, Kinaesthetic. Adalah teknik untuk mengetahui preferensi cara kita untuk belajar. Kita itu tipe orang yang gampang belajar via apa sih.
Visual = Gambar Aural = Suara Read = Membaca Kinaesthic = Practical
Aku sudah test dan aku mendapatkan kalau aku dominan di Visual dan Kinaesthic. Which means, aku adalah orang yang lebih mudah belajar melalui gambar-gambar seperti diagram dll, dan belajar secara praktikal, langsung terjun ke lapangan, contoh-contoh, case study.
Amarah adalah salah satu emosi. Kebanyakan emosi negatif, tapi apakah amarah ini ada positifnya? Menurutku ada. Aku menyamakan amarah dengan mabuk. Karena kebanyakan ketika kita marah, kita tidak memikirkan konsekuensi dari perbuatan kita, yang penting goalnya kita tertuju ke object marah itu, supaya amarah kita tersalurkan dan object itu menjadi tidak sesuai dengan yang kita harapkan. Padahal itu telah mengorbankan banyak hal.
Mabuk juga sama, minum supaya kita mabuk, tujuannya supaya feelsgood dan menghilangkan beban pikiran.
MOBA atau singkatan dari Multiplayer Online Battle Arena. Salah satu genre game. Yang terkenal itu DOTA, League of legend. Di Mobile ada Mobile legend.
Aku ingat, awal mula ada MOBA ini. Di mulai dari mini games dari game Warcraft 3. Kelahiran Dota. Defend of the Ancient.
Dota 1 kita bilangnya. Terus gak lama dengan dota 1, lahir HON. Game MOBA juga. Dota 1 berlangsung selama 10 tahun, sampai akhirnya tidak ada update dan dibeli oleh Steam.
Tujuan membaca kita bisa berpengaruh ke informasi yang kita dapatkan dan kecepatan kita dalam mendapatkan informasi di suatu sumber.
Aku punya pengalaman. Aku waktu itu sempat jalan-jalan ke toko buku ada buku self-development author Indonesia yang best seller. Besoknya aku beli via online shop karena lebih murah.
Membaca pertama: Cuma pingin tau buku self-development author Indonesia itu kayak gimana, karena selama ini aku baca yang best seller luar negeri.
Setelah membaca aku merasa cuma ada sedikit informasi yang bisa didapat karena buku itu berisikan segala konten self-development yang pernah aku baca, di ringkas, di simplify dan di blend dengan pengalaman karir si author.
Dibilang uncomfortable karena memang bikin gak nyaman. Semua orang gak mau berada di kondisi yang gak nyaman. Akhirnya banyak orang memilih untuk tidak memulai the uncomfortable conversation.
Uncomfortable conversation itu bisa uncomfortable buat satu pihak saja. Bisa juga satu pihak itu tau, apabila ini dilakukan conversation bisa menjadi uncomfortable buat kedua belah pihak.
Padahalah conversation itu uncomfortable karena itu penting. Sesuatu yang penting yang mesti dibahas. Aku percaya uncomfortable conversation itu mesti dilakukan secepat mungkin.
Kalau aku ingat momen hidupku, ada tiga momen rekt yang aku selalu ingat. Mungkin ada lebih banyak, tapi tiga ini aku selalu ingat sampai sekarang:
My first experience menjadi ketua acara. Acara gagal total My first experience ambil project bikin apps. Ngaret, client sampai nambah satu semester karena gagal sidang. Yang terbaru, getting rekt on terra luna $ust crash. Loss 35% of my porto. Dimomen itu selalu ada pikiran bahwa “Bakal ada keajaiban gak ya?
Apa yang kamu rasakan apabila ada orang yang suka ngasi advice, tapi malah hidupnya dia berantakan. Jangan berantakan dah, dia tidak bisa menjadi bukti advice itu works? Alias, dia tidak menerapkan advice yang dia kasi tau ke orang lain. Menurutku reaksi default kita adalah:
Kita jadi males sama orangnya, dan merasa apa yang dia katakan itu omdo, bullshit, bacot.
Kenapa ketidakmampuan dia untuk mengeksekusi advice itu, malah bepengaruh kepada kredibilitas advice yang diberikan oleh dia?
Dua konsep yang kalau diliat secara sekilas itu seperti bertabrakan. Self-accepatance berarti kita harus berbahagia dengan kondisi kita sekarang, tapi dengan self-improvement kita mesti tetap berusaha untuk grow selama masih hidup didunia ini. Kontradiktif.
Self-acceptance membuat kita merasa untuk berhak senang, kita berhak untuk bangga, kita berhak untuk mendapatkan cinta kasih di kondisi kita sekarang.
Self-improvement membuat untuk terus mengejar perkembangan dan jadilah the best version of ourself. Tapi, bukannya dengan self-acceptance, the best version of ourself itu adalah diri kita sekarang?
Tadi lagi nongkrong dirumah temen dan masuk kebahasan bagaimana budaya kita sering minta bantuan apabila punya kenalan. Minta bantuan untuk bantu memasukan anaknya sekolah/kuliah/kerja. KKN. Korupsi kolusi nepotisme. Suka keliru tiga itu apa bedanya. Tadi sudah sempet search dan ini dia:
Korupsi: Menggelapkan duit, menggunakan duit yang bukan punya pribadi untuk kepentingan kelompok Kolusi: Suap Nepotisme: Mendahulukan kerabat yang diberi keuntungan yang tidak sesuai aturan. Nepotisme terkesan paling yang tidak evil diantara 3 itu.
Aku jadi ingat waktu masih kuliah di surabaya. Temenku, setiap hari hampir terus di telfon sama ibunya. Kalau temenku gak angkat, bisa misscall sampai 50x. Ya ibunya cemas.
Kita sering cemas terhadap keadaan seseorang. Dijaman yang kriminalitas, serta kecelakaan dijalan yang terus ada, kita berhak untuk cemas. Tapi apa yang harus kita lakukan, apabila kita merasa cemas kepada seseorang:
Tenangkan diri Tenangkan diri terlebih dahulu. Rasa cemas ini membuat kita tidak bisa berpikir benar.
Aku mau nulis tentang ini, turn out aku malah udah pernah nulis tentang ini. Sudah 80% tercover malah. Tulisannya ada disini:
Consume self-dev content
Intellectual masturbation, mind masturbation intinya mengkonsumi untuk mengetahui, tapi tidak pernah melakukan implementasi dari ilmu itu. Coba kita cover case-nya dari sumber informasinya:
Webinar Membeli webinar, membeli course online, atau membeli sesuatu info product atau knowledge product yang lain lah. Kalau membeli doang, tapi gak pernah dibaca itu malah lebih mundur, membeli for the sake of dopamine hit.
I love no code. Sejak 2019 aku sudah mulai explore nocode. Nocode adalah tools yang membantu membuat apps tanpa usernya bisa ngoding. Sebut saja wordpress, blogging platform, kita bisa bikin website blog tanpa perlu bisa ngoding. Salah satu pioner dari nocode.
Nocode walaupun terbatas, tapi kapabilitasnya udah lumayan meluas. Bikin mobile apps full dari cuma drag and drop aja sekarang udah bisa. Bikin webiste directory, landing page, company profile, comunity page, shop profile/catalog, portofolio dan lain-lain.
“Consistency is the key”, “Kalian harus konsisten kalau mau sukses”. Apakah itu benar? Faktanya adalah, hampir 99% effort kita itu sia-sia:
Pacaran 5x, nikah sama pacar yang ke 6. Waktu pacaran yan sia-sia Bikin bisnis, 3x gagal, tapi yang keempat berhasil. 3x Sia-sia. Kerja kantoran 10 tahun, tapi bikin bisnis satu kali langsung sukses, pendapatan setahun setara 10 tahun kerja kantoran. 10 tahun kerja sia-sia. Aku yakin masih banyak contohnya.
Banyak para content creator, atau para pengguna sosmed suka membuat konten yang fenomenal for the sake of viral. Alasan konkrit: Biar banyak diliat orang, dan kita gak rugi bikin konten. Alasan lengkapnya ini:
Membuat konten viral, menggunakan teknik-teknik viral yang terlihat patternnya karena melihat konten viral lain atau belajar dari pengalaman. Internet mereward sesuatu dengan melihat ke-viralan dia. Semakin konten itu menarik perhatian orang, semakin konten itu punya potensi untuk viral, konten itu akan di-reward oleh internet.