Fandy Aditya
Lagi rame ada kasus di Kanada, yang katanya negara barat yang dikenal dengan kebebasannya. Tapi secara sepihak Ngefreeze akun bank donasi, buat para demonstran trucker.
Centralized system, kita hidup selama ini berputar di sistem yang ter-sentralisasi. Lembaga centralized memiliki kontrol yang absolut. Sehingga dia bisa semena-mena melakukan sesuatu, seperti menghapus kebenaran yang seharusnya bisa kita dapatkan atau ketahui.
Sama kayak kasus diatas, lembaga ngefreeze akun bank donasi supaya para trucker tidak dapat uangnya.
Aku udah sempat nulis, how to keep going, dan tulisan relevan lainnya, untuk bagaimana kita tetap stick kepada apa yang ingin kita lakukan, apa yang ingin kita bangun. Membuat itu jadi mudah, lakukan yang bikin kamu suka prosesnya dkk. Tapi selain itu, ada satu lagi, kenapa for the first place kita tidak stick. Short term statisfaction tidak terpenuhi.
Aku pernah denger joke, diet yang populer itu bukan diet keto, diet high fat low carb atau dkk.
Seminggu kemarin, aku udah lama tidak merasakan sensasi ngoprek-ngoprek sampai lupa waktu. Entah kenapa minggu ini pingin belajar, pingin bikin sesuatu. Aku sekarang memutuskan untuk belajar Flutter (Apps Dev Framework).
Dari selasa kemarin, baru hari ini (jumat) kelar untuk install-install segala tools dan tetek bengeknya. Termasuk lama kalau baru sampai tahap ini. Tapi rasa excited untuk belajarnya ini masih ada, yang udah lama tidakku rasakan. Ada satu hal menurutku penyebabnya: Tidak ngitung waktu.
Sosial media dikambing hitamkan bikin masyarakat jadi toxic. Tapi sebenarnya bukan, itu me-reveal kenyataan dari masyarakat ke massa. Semua orang bisa berpendapat, dan dilihat didengar banyak orang, dan banyak pendapatnya itu sampah di mata orang. Makanya menurutku social media bukan bikin masyarakat jadi toxic, itu cuma media untuk me-reveal sifat asli masyarakat.
Dengan banyaknya atau mudahnya mengemukakan pendapat dan opini di sosial media, banyak opini yang memang mayoritas setuju, dan ada opini yang mayoritas belum tau, atau memang bertentangan.
Kemarin aku nonton video, dishare sama teman di instastory. Video tentang kisah perjalanan finansial. Karyawan yang mencapai financial freedom ($1.000.000) di umur 43 tahun. The whole video mengingatkanku tentang strategi finansial yang baru aku bangun di tahun 2019an.
John si pemeran utama rutin invest di stock market. Mau pasar naik, mau pasar turun. Dari belum ngerti stock market, sampai paham. Dari single sampai nikah dan punya anak. Dari tinggal sama orang tua, sewa rumah bareng pacar, sampai beli rumah ketika udah punya anak.
Meeting untuk review itu wasting time. Tapi coba kita cari tau dulu kenapa meeting untuk review itu ada.
Tujuan meeting itu diskusi, review termasuk diskusi, simple. Tapi kenapa review waktu meeting itu wasting time karena, banyak kesepakatan yang harusnya bisa diselesaikan diluar meeting. Belum lagi debat out of topic. Kultur kita meeting itu memang kosongan.
Supaya menghindari meeting untuk review, caranya adalah bikin review asinkronus. Review tanpa meeting. Bikin progressmu, bisa diakses dan di comment oleh stakeholder kapanpun dan dimanapun.
Pernah gak kalian puasa main sosmed? Aku pernah, atleast seingetku tiga sesi dalam 4 sampai 8 tahun belakang ini.
Karena hp jadul (2015/16). Dulu kalau masih pakai s3 mini waktu awal kuliah. Karena storage cuma muat buat install Line akhirnya sosmed lain dihapus. Tidak ada signifikan berubah yang kerasa, karena dulu juga memang jarang pakai sosmed, masih sering main dota 2. Karena keharusan (2018). Kedua karena keharusan. Ada sesi karantina semi militer sebelum masuk kerja.
Kemarin ada berita ada influencer yang bilang kemiskinan adalah privilage. Aku enggak terlalu ngikutin, coba kita kembangkan dari sana. Kemiskinan bukan privilage. Tapi mungkin maksudnya gini.
Privilage yang kita tau selama ini biasanya networking dan kekayaan dari orang tua yang bisa dinikmati oleh anak. Tapi maksud kemiskinan itu adalah privilage itu, dengan miskin kita bisa merasakan kerasnya kehidupan sejak dini. Karena sudah terbiasa susah dari kecil, maka besarnya logika di film-film bakal jadi toleransi terhadap susah, stress itu udah tinggi banget.
Jalan kaki, tanpa headset, tanpa hp. Cuma jalan dengan pikiran. Udah aku coba 2 kali. Mau coba dibikin weekly sebenarnya. Kayaknya aku udah dapat tujuannya. Intentional jalan kaki weekly bisa jadi momen untuk retrospective akan minggu ini.
Bisa mikirin project yang mau dibikin udah digarap atau belum. Kondisi kerjaan kantor selama minggu ini dan sikap kita terhadapnya. Relationship selama minggu ini, inspirasi what next to do buat project kita, ide, dkk.
Beli. Mungkinn enggak langsung. Tapi setelah 7-10x pikir langsung beli aja. Karena kalau udah mikir sampai sebanyak itu, aku yakin pasti banyak waktu kita, dan kapasitas pikiran kita digunakan untuk memikirkan barang itu. Resources itu tidak worth untuk memikirkan barang yang kalian akan beli. Tentu konteksnya ini kalau barang tersebut, memang ada di jangkauan finansial kalian.
Kalau sudah mikir sebanyak itu asumsinya, kita sudah sering riset. Kita sudah pantengin harga, bandingin harga di masing-masing toko online, even cross e-commerce.
Aku udah sempat nulis kalau aku suka membaca. Aku belum merasakan kalau membaca buku, buku non-fiksi itu life changing banget buat hidupku, karena baca buku juga masih dikit-dikit. Tapi yang aku rasakan adalah membaca bisa bikin membuka pikiran, pikiran yang terbuka pikiran bisa mendatangkan opportunity lebih banyak.
Membaca buku, again konteksnya non fiksi, sebenarnya kita dapat informasi. Informasi banyak di internet, tapi ya ini informasi yang tidak didapatkan di internet. Informasinya ini unik.
Ketika melihat privilage yang dimana orang tua teman atau kerabat mengajarkan life skill kepada anaknya. Sedangkan di case kita tidak, jangan terlalu dibesarkan.
Life skill, atau cuma sekedar wisdom sederhana itu nice to have but not must. Kalau kita tidak mendapatkannya, jangan sampai itu jadi alasan kita untuk tidak terus maju.
Kenapa kita tidak bisa mendapatkan life skill, mungkin karena orang tua kita tidak tau bahwa itu harus diturunkan. Mostly mereka juga mendapatkannya dengan learning the hardway.
No hurt feeling, biasanya diutarakan ketika ada sesuatu yang mau diutarakan, tapi dia merasa bahwa itu bisa menyakiti perasaan lawan bicara.
No hurt feeling kesempatan lebih besar diterima apabila pesan yang mau disampaikan berisi kebenaran. Kalau enggak isi kebenaran, lawan bicara kemungkinan lebih besar bakal resistance.
Kebenaran (truth) memang menyakitkan, kebenaran itu enggak mikir apa-apa, hanya fokus ke dia sendiri. Tapi menurutku itulah yang harus kita cari untuk terus maju.
Take care of your body. Kita hidup sampai lama, badan dan otot-otot kita akan selalu digunakan. Kalau tidak kita latih atau jaga, akan kalah oleh waktu.
Jari akan selalu dipake ngetik, mata akan selalu digunakan untuk lihat (screen). Kaki akan selalu digunakan untuk jalan, dan semua badan kita akan selalu melakukan tugasnya, sampai kita mati. Oleh karena itu intensitas akan selalu meningkat, kalau tidak kita rawat dan kita latih, tentu fungsinya akan mengurang.
Aku baru habis main ke rumah temen, makan-makan dia masak. Sampai akhirnya dia nunjukin koleksi gundam, yang totalnya hampir 4 jutaan. Dia bilang dia sangat bangga banget sama gundamnya, karena bisa masang, bahkan ada gundam yang butuh waktu 17 jam untuk dipasang.
Dia cerita kalau dia tiap hari liatin gundam itu setiap pulang kantor. Dari awal sampai sekarang enggak bosen-bosen. Aku mikir, kok bisa? Okelah beberapa awal hari atau minggu setiap hari ngeliatin masih excited, tapi sudah berbulan-bulan kok tetep enggak bosen?