Fandy Aditya
Compound interest, pertama kali denger itu tahun 2019 ketika lagi searching-searching tentang investasi dan kawan-kawan. Intinya hasil return dari investasi, dijadikan modal investasi lagi sehingga return di kemudian hari menjadi lebih banyak, menggulung-menggulung terus.
Compound interest ternyata dibahas bukan cuma diranah finance. Compound interest ada disemua hal kecil yang kita lakukan.
Compound interest bisa berdampak negatif dan positif. Contoh negatifnya, kita makan junkfood tiap hari, lama kelamaan karena kita makan junkfood terus pasti ada aja penyakit-penyakit yang timbul.
Ada di beberapa momen yang dimana kita mesti menggunakan bahasa inggris. Lagi jalan-jalan keluar negeri misalnya, mau beli roti dagangnya mesti berbahasa inggris. Ada client atau partner bule, yang kita mesti berbahasa inggris. Kita dari sd udah diajari bahasa inggris, aku yakin basic komunikasi saja pasti bisa. Tapi kayaknya banyak yang takut berbahasa inggris. Coba kita liat lebih detail kenapa
Biasanya kita takut karena ketidakmampuan kita, dan konteksnya sama dengan berbahasa inggris, kita tidak bisa.
Passion economy, atau ada yang juga menyebutnya creator economy. Economy yang digerakan oleh passion dan creation. Beda sama gigs, dimana demand itu ada dulu baru diambil sama orang. Kalau ini demand diciptakan, karena menciptakan atau melakukan sesuatu yang ternyata disukai oleh society. Kurang lebih kayak gitu. Jadi driver gojek contohnya nge-gigs.
Tentu jenis bisnis seperti ini udah ada semenjak lama, tapi baru booming kali ini karena platform dan infrastruktur semakin memadai untuk melakukan ini secara scale.
Beberapa tahun ke belakang, aku banyak mengalami beberapa financial mindshet shift. Perubahan mindset terhadal finansial. Tentu karena tiga tahun belakang ini, aku sudah berubah dari mahasiswa yang masih minta bekel mama, dan orang kerja yang udah dapet upah bulanan. Tapi ada lagi selain itu.
Tahun 2019. Entah kenapa di youtube, instagram dan sosmed lagi ramai banget topik investasi. Entah rame karena beneran rame atau karena aku yang searching itu mulu di internet jadi rekomendasinya itu mulu.
Kayaknya 2-3 tahun lalu, ada di moment dimana aku lagi sering banget searching-searching tentang menabung/investasi. Dan yang paling actionable dan gampang, dan bisa kita lakukan saat itu juga adalah, mencatat pengeluaran. Tapi akhirnya belum genap setahun, akhirnya aku stop untuk mencatat pengeluaran. Ada beberapa alasan.
Ribet. Mencatat pengeluaran itu, bukan ribet sih, tapi makan waktu. Ada banyak aplikasi-aplikasi pencatat pengeluaran yang manual, yang perlu kita input sendiri lah intinya. Dulu apps yang aku temukan semua masih semi manual.
Pasti kalian pernah buat resolusi tahun baru. Dan biasanya nih bakal putus, bahkan bulan januari aja belum kelar. Salah satu menurutku yang membuat resolusi tahun baru itu putus adalah: Resolusinya terlalu susah. Jadi cara membuat supaya resolusi tahun baru itu bisa dijalankan, enjoy untuk konsisten adalah: Dibuat gampang.
Resolusinya dibuat gampang, start dari yang gampang aja. Dengan membuat gampang, yah jadinya badan dan pikiran kita tidak kaget, willpower kita tidak tekuras dan selalu dikondisi yang seimbang, sehingg akita bisa konsisten untuk menjalaninya.
Hari terakir di 2021. Aku jadinya ambil cuti setelah nulis ingin ambil cuti. Selain karena kerja, yang membuat akhir tahun ini tidak terasa ada, di sekitar rumahku enggak kedengeran suara mercon dan terompet. Aku inget, terompet dan kembang api itu barang yang harus dimiliki ketika tahun baruan. Tiap tahun ganti, bahkan aku sampai tau evolusi terompet dan kembang api di daerah ku. Yah mungkin sekarang karena udah pada dilarang kali ya, atau udah pada males juga aku gak tau.
Jangan bilang-bilang ke orang-orang kalau kamu MAU melakukan itu. Jangan bilang karena bisa jadi itu pedang bermata dua. Dari sisi eksternal bisa saja orang-orang mencemooh kita kayak: “Alah gak mungkin, paling 2 hari aja udah kapok”, atau kalimat-kalimat lain yang ngerendahin lah konteksnya. Kalau dari sisi internal, tentu kita bisa aja kita jadi terpengaruh dengan cemooh orang itu, even maksudnya cuma candaan. Kita jadi rendah diri.
Satu lagi, yang menurutku tanpa kita sadari.
Kalau menurut orang-orang fitness atau orang yang dibidang kebugaran, kita tidak perlu makan sebanyak itu. Ade rai, yang badannya segitu gede dia makan lebih sedikit dari orang kebanyakan. Menurut dia.
Tubuh kita pintar. Secara default, tubuh kita akan selalu ingin makan sebanyak-banyaknya. Tentu ini untuk orang yang tergolong normal/sehat. Karena ya makan sebagai cadangan makanan, sebagai antisipasi nanti apabila just in case kita tidak bisa makan dalam waktu lama. Tapi kalau kita bisa makan biasa aja, sebenarnya kita tidak perlu makan sebanyak itu.
Kita pasti pernah mengalami ini. Pikiran kita lebih menakutkan daripada kenyataanya. Apa yang kita takutkan itu enggak kejadian, dan hanya kejadian di dalam imajinasi kita.
Hampir sebagian besar hal atau events yang kita takutkan itu dibesar-besarkan oleh pikiran kita. Mungkin karena by nature, otak kita memang di rancang seperti itu, tapi gk tau juga. Otak kita di rancang untuk mencari worst case scenario dari hal dan events yang kita takutkan. Yang harapannya kita bisa mempersiapkan sebaik-baiknya.
Tanggal 26 Desember aku skip nulis. Kalau diliat-liat kemarin kenapa, kayaknya cukup wajar kenapa bisa skip. Dari pagi aku ngurusin laptop ku yang rusak, laptop bagiku yah alat tempur lah, kerja soalnya kan 100% pake laptop jadi mesti dibenerin. Enggak berhasil-berhasil sampai jam 2 siang, aku cabut main kerumah temen karena dia lagi pulang liburan ke bali. Dan baru balik jam 1 malem. Jadinya tidak sempat nulis.
Habit tidak bisa dilakukan apabila ada kegiatan eventual pada saat waktu yang semestinya melakukan habit tersebut.
Utarakan. Segera. Kita hidup udah cukup tau kalau banyak kesempatan yang tidak datang 2 kali. Biasanya kita suka “ya nanti aja lah nanti nanti” dan akhirnya nanti itu tidak kunjung datang. Karena kondisi suasana, tempat atau waktu sudah tidak cocok, atau secara pikiran yang semakin membuat kita ragu semakin lama kita mengutarakannya.
Utarakan aja, kalau mau cuti ke bos, bilang. Kalau temen lama mu di ig ulang tahun, selametin. Tapi ada satu menurutku yang gak boleh diutarakan, sesuatu yang menurut society itu ‘tidak sopan’.
Salah satu mimpi orang-orang kembali ke masa lalu. Salah satu pioneer filmnya “Back to the Future”, dan sekarang film “Kembali ke masa lalu” udah ada genrenya sendiri. Tapi kenapa orang-orang ingin kembali ke masa lalu? Coba kita lihat lebih detail:
Pertama, karena kita tau apa yang terjadi di masa kini. Kita ingin pengetahuan kita yang sekarang bisa kita bawa ke masa lalu, lalu kita bisa memperbaiki hidup kita, bahkan dunia dengan keputusan-keputusan yang tepat berdasarkan pengalaman dan pengetahuan kita dimasa sekarang.
Red pill blue pill, pasti kalian pernah main-main gini sama temen kalian. Biasanya formatnya kayak gini: Lalian lebih milih x atau y. Gitu lah pokoknya. Beberapa bulan lalu, aku inget ada main-main gini juga, Kira-kira kayak gini:
Kamu lebih milih balik ke tahun 2010, atau skip ke tahun 2040 tapi secure secara finansial.
Tentu semua milih balik ke tahun 2010, siapa yang mau skip langsung ke 2040? Tapi kata temenku ada, di tongkrongannya dia yang lain, dan mostly cewek-cewek.
That happen. Ketika kita sudah komitmen untuk melakukan sesuatu tiap hari pasti ada aja satu hari dimana kita benar-benar tidak bisa menyempatkan waktu, karena memang diwaktu tersebut kita melakukan ada kegiatan eventual, bisa juga karena kegiatan sebelumnya menguras pikiran dan tenaga. Pasti ada aja, hari-hari kayak gitu.
Kayak sekarang, aku yang udah komit nulis 5 menit tiap hari, udah mau 3 bulan streak. Hari ini baru pulang dari kegiatan, belum mandi, capek, dan maunya abis mandi langsung mau tidur.