Fandy Aditya
Akhir tahun ada rasa spesial dihatiku. Apalagi setelah tanggal 25 desember, setelah natal. Tanggal 31 desember nya apalagi. Itu rasanya, adalah suatu hari yang harus dirayakan gitu deh. Tapi rasanya sekarang enggak begitu. Setelah 24 tahun di tahun 2021, akhir tahun rasanya kayak hari biasa aja. Kenapa ya? Ada beberapa kemungkinan:
Sudah jenuh. 24 tahun menganggap akhir tahun adalah hari yang spesial, mungkin ini saatnya sudah menjadi jenuh. Tapi hari raya juga muncul tiap tahun, tapi enggak pernah jenuh?
Kalau ada habit yang mau aku bentuk, aku mau bisa belajar setiap hari. Aku pernah nyoba belajar 30 menit sehari sekali. Pakai timer, fokus, kalau sudah lebih 30 menit stop. Tapi berjalan 5 hari aja. Dan selama 5 hari itu, aku kaget bisa banyak ilmu yang aku dapat, dalam kurun waktu 5 hari. Gimana kalau habit ini bisa berjalan bertahun tahun ya. Belajar 30 menit sehari, dalam 5 tahun. Bakal keren sih.
Beberapa bulan lalu aku baca summary buku: Steal Like an Artist di internet. Intinya, kita itu harus steal yang bisa di steal. Di segala aspek. Karena sesuatu original itu adalah hil yang mustahal. Dibilang gitu.
Cukup membuka pikiran, dimana kita ketika ingin membuat karya, keinginan kita sering terbentur dengan idealisme kita sendiri yang semua harus serba “original”. Yang kalau kita pikir-pikir lagi, sesuatu yang original di jaman ini itu udah sangat-sangat susah.
Kalian harus nonton Spiderman: No Way Home. Maybe I’ll watch it twice.
Let’s discuss it when the hype is already down.
Itu aja hari ini 😉
Di hidup ini, pasti kita sering dikasi nasihat, atau bahkan kita yang ngasi nasihat. “Kamu itu harus gini, kalau enggak kamu nanti …", “Kalau aku orangnya memang kayak gini sih, makanya aku gak suka kalau …". Yah banyak kepercayaan, pedoman-pedoman yang kita ikuti dalam hidup, di berbagai aspek kehidupan. Kayak berinteraksi dengan orang, kolega, lawan jenis. Pandangan dalam berolahraga, pandangan dalam makan, pandangan dalam menyiasati masalah dll.
Ada banyak pandangan, ada juga pandangan mayoritas yang bisa society membajinya menjadi jadi good or bad tok.
Kalian pernah nostalgia. Kalian tau nostalgia itu apa dan kalian suka nostalgia. Ada beberapa kegiatan, benda, aktivitas momen dan gabungan dari kedua itu yang mentrigger kita untuk bernostalgia. Aku ada 2 lagu yang membuatku merasakan sensasi itu: 1 lagu yaitu counting stars dari coldplay. Itu membawaku kembali ke memori 2014 waktu lagi jaman-jaman nyari kuliah.
1 Lagu lagi membuatku yaitu brick by boring brick paramore. Kalau lagu ini aku lupa membawa momen apa, tapi yang jelas ada rasanya ada sesuaty.
Kakaku pernah cerita, kenapa dia mau jadi dosen. “Enggak ada yang lebih enak dari didengarkan, dan dibayar”. Yah semua orang suka didengarkan. Dalam bentuk apapun. Mostly social media sekarang punya fitur untuk “didengarkan”. Makanya dulu ask.fm itu cepet populer, karena dia memenuhi hasrat alami manusia, ingin didengarkan. Tapi kenapa sih kita suka didengarkan?
Secara default kita itu selfish, kita ingin orang lain peduli sama kita. Cara yang paling gampang, namun lumayan memenuhi hasrat ke-selfishan kita adalah didengarkan.
Kalian pasti pernah, malem-malem jeda diantara tidur dan mandi,kalian bingung banget mau ngapain. Pingin self develop, tapi serba bingung. Coba kita lihat list ini yang bisa jadi ide untuk mau ngapain:
Membaca. Membaca ini underatted. Padahal kesenangannya sama halnya dengan nonton main sosmed. Membaca kita sudah tahu banyak manfaatnya, tapi biasanya kita males membaca. Padahal kalau kita males membaca, kita sebenarnya salah konten yang dibaca aja. Belajar dari youtube. Udah gak diragukan lagi youtube itu kalau mau nyari apa-apa, enggak cuma hiburan disana.
Semakin kesini semakin berkesimpulan, kalau segala di dunia ini enggak ada yang 100%. Ideologi tentang sesuatu?, enggak 100 %. Stereotipe mu tentang gender?, enggak 100% benar juga. Apapaun itu, pasti selalu ada outlier-outlier yang membuat itu menjadi tidak 100%.
Ditambah lagi dengan ada manusia yang terlibat disana. Suatu teori, ideologi, stereotipe enggak bakal bisa 100% bila ada manusia yang terlibat. Makin banyak makin berkurang chancenya. Human is too complex.
80/20 rule, parreto effect.
All we need is 1 bad experience in a day, and that day become bad day. Secara logika cukup aneh sebenarnya, ketika kita di weekend hepi banget, tapi tiba-tiba ada satu hal yang bikin kita jadi bad mood. Hari itu bakal langsung menjadi tidak menyenangkan lagi. 1 Keburukan mengalahkan 99 kebaikan. Why?
Menuruktu, hal yang baik itu kita udah anggap default. Take it for granted. Kebaikan is a must, maknyakadang kita enggak pernah merayakan-merayakan banget kebaikan itu.
Aku ngerasa dulu waktu masih sekolah, rasanya melakukan sesuatu enggak pernah serius. Menanggapi sesuatu juga enggak pernah serius, dibawa santailah intinya semua. Tapi sejak mulai kerja, aku mikir itu harus mulai ditinggalkan. Semua harus serba serius, jokes diseriusin, ngobrol serius. Melakukan sesuatu serba serius dah, dari kerjaan, keluarga sampai tongkrongan. Tapi aku mulai berpikir balik, kayaknya enggak semua harus serius. Even kalau bisa nih semua hal gak usah diseriusin amat lah.
Tadi aku sama sepupu makan diluar, sambil ngobrol hingga akhirnya entah kenapa sampai ke topik bemo. Gimana kita dulu waktu sekolah sehari-hari selalu naik bemo. Terutama pada saat pulang sekolah.
Bemo ini angkot lah ya bahasa indonesianya, yang punya jalurnya masing-masing. Biasanya dibedain dengan warna. Dan aku baru tau bemo itu hanya bahasa localized ketika aku merantau. Kalau gak salah jamanku dulu tarifnya flat 1000. Tadi sepupku cerita jamannya dia smp, tarifnya udah 2000.
Yang membatasi kita pilihan, yang membebaskan kita juga pilihan. Game of options. Kenapa orang-orang banyak terjebak dikondisi karena keterbatasan pilihan yang dibuat-buat, oleh pihak ketiga atau dirinya sendiri.
Ketika orang merasa kekurangan pilihan, orang tersebut bakal stay dipilihan yang sekarang, senang atau tidak. Ketika orang merasa pilihan tersebut berlimpah, atau ada aja lah, kemungkinan besar orang tersebut bakal pindah apabila pilihan sekarang serasa tidak menguntungkan dirinya. Tentu banyak faktor yang menentukan orang tersebut pindah atau tidak, bukan sekedar dari ada dan tidak adanya pilihan.
Aku sempet nulis kalau berjudi/betting itu sebenarnya ada di semua aspek. Taking risk lah kalau kita bilangnya. Menurutku yang menjadi strategi terbaik untuk taking risk adalah, tidak menaruh semua yang kita miliki. Safe Bet.
Dengan tidak menjudikan semua yang kita miliki, selain kita juga punya safe net apabila things go really wrong, yang tidak kalah penting adalah peace of mind.
Peace of mind, pikiran jadi tenang selama bet untuk mencapai goal, sehingga kita melakukan aktifitas atau pemikiran yang membuat persentase mewujudkannya meningkat.
Orang tua disini konteksnya bukan minuman atau parents aja ya tapi orang tua secara general, boomer lah. Baby boomer atau yang lebih mudaan.
Jujur dulu aku berpadangan omongan, nasehat, tindakan, pikiran orang tua itu tidak bisa dijadikan pedoman. Karena aku mikir, jaman sekarang udah berubah dari jaman mereka dulu muda, jadi wisdom mereka tentu sudah tidak relevan dengan jaman.
Dan itu membuatku jadi arogan. Contohnya setiap ada orang tua yang memberikan opini tentang sesuatu, aku pasti selalu dalam hati bilang “ok boomer” or something like that.