avatar

Fandy Aditya

Wicara agar tujuan tersampaikan

Minggu lalu townhall kantor. Ada hal menarik yang aku perhatikan ketika kala itu. Presentasi para boss. Ada suatu cara, teknik dan faktor yang ketika aku perhatikan bisa meningkatkan change agar omongan kita didengarkan: 1. Gunakan silent Dengan memberikan jeda diam beberapa detik yang abnormal, ini sangat-sangat bisa mematik atensi dari audience. Minggu lalu ini digunakan, dan wow, the silent is loud. Semua langsung diam, dan semua langsung terpaku ke presentasi. Tapi menurutku dalam satu sesi, teknik ini tidak bisa dipakai berulang kali.

Fake Accomplishment

Mungkin sekitar 2017, aku menemukan game namanya Nioh. Game keren, tapi susahnya minta ampun. Kerjaannya mati mulu. Hampir mustahil ada orang yang bisa main tanpa mati untuk pertama kali. Genre game “susah” ini sudah di pelopori oleh game bernama Dark Soul. Dan akhirnya genre ini menjadi genre “soul-like” genre. Dan aku ketagihan. Hampir setiap berjenis soul-like ini aku mainin. Nioh, Nioh 2, Sekiro, Code Vein, The surge 1 &2 dan terakhir yang menang game of the year 2022, Elden Ring.

Jasa 101

Aku beberapa kali berada di kondisi dimana ada kerabat atau kerabatnya kerabat ingin buat sesuatu mostly terkait tentang tech, automation, web. Dan biasanya karena pingin bantu tapi supaya dari aku no effort juga aku kasi tau cara-cara dan tutorial yang bisa kutemukan di internet untuk menyelesaikan masalah mereka. Seringkali yang kukasi itu beneran mudah, dan tinggal diikutin aja, dan dia bisa menapatkan apa yang kalian inginkan dengan free. Tapi hampir 90% orang itu gak mau ribet dan rela bayar supaya selesai.

Menambah kehokian

Aku percaya bahwa hoki itu adalah kesempatan bertemu dengan kesiapan. Tapi memang, ada terlalu banyak hal-hal di dunia yang tertan hoki yang tidak bisa dijelaskan dengan frasa itu. Tapi satu hal yang pasti, semakin sering kamu melakukan sesuatu yang mengarah ke itu, kehokian itu akan lebih banyak chance akan datang. Bertemu orang baru, menjadi relasi. Membantu orang dengan sukarela, dan mengasah skill. Penjelasannya adalah ketika bertemu orang baru, dan menjadi kenalan, dibeberapa momen ketika orang itu membutuhkan skill kita, kita yang pertama dicari.

Tingkah kecil membawa manfaat

Setiap ada rapat, atau ada diskusi di kantor aku selalu berusaha buat menjaga sikap tangan shikamaru. Kita bilang aja sikap tangan shikamaru ya, karena kayaknya enggak ada namanya deh. Jempul dan telunjuk saling bersentuhan membentuk bentuk persegi empat yang menyerupai segitiga. Gitu deh bentuknya. Aneh memang aku terobsesi untuk mencoba melakukan itu setiap ada sesuatu yang butuh fokus, sesimple karena keren, ditambah katanya beneran ada manfaatnya. Aku pernah baca thread twittr yang bilang bahwa dengan melakukan itu, kita bisa menjadi lebih fokus, dan bisa membawa diri dengan baik ketika sedang berada dalam sebuah diskusi.

Balas Budi X Balas Dendam

Balas budi dan balas dendam. Orang lebih suka untuk balas dendam daripada balas budi, karena balas budi itu merepotkan, dan balas dendam itu sangat nikmat. Ada alasan kenapa, film, kartun, komik, cerita, drakor atau bahkan cerita IRL dimana tokoh yang mendapatkan ketidakadilan di masa lampau yang berhasil membalaskan dendamnya itu sangat diminati menjadi sebuah sub-genre tersendiri. Satisfying katanya. Ada sensasi nikmat yang kita rasakan apabila dendam berhasil terbalaskan. Dendam diri, maupun dendam orang lain yang kita dukung sensasinya sama.

Moral Retrospective

Di beberapa momen, ngeliat temen kantor, atau temen kuliah dulu mewajarkan sesuatu yang harusnya itu tidak baik di hubungan sosial, membuatku mikir, kayaknya kita semua punya itu juga deh. Di lingkungan pertemanan, atau lingkungan kerja, atau keluarga sepertinya ada saja beberapa moral atau sekecil kebiasaan yang kita anggap biasa saja, tapi sebenarnya itu tidak baik di masyarakat. Setiap orang lahir dan besar di berbagai lingkungan yang ragamnya luar biasa. Ditambah keragaman itu, ada beberapa kebiasaan yang didapat dari lingkungan atau kebiasaan unique hasil dari mix match moral yang dia dapatkan dan observasi, yang terkadang itu berada di ujung jempatan persimpangan moral baik dan buruk.

Overcomplicating things

Sering kali kita mencari solusi atas suatu masalah yang sebenarnyaa mudah, tapi kita mencari solusi yang lebih ribet, lebih memakan resources tenaga, pikiran dan biaya. Kita sering overcomplicating sesuatu. Mempersulit keadaan. Yang jelas, apabila ada masalah yang kita merasa solusinya itu complicated dan akhirnya kita malas bergerak karena alasan itu, ada kemuungkinan besar bahwa, solusi itu, bukan cuma itu, ada solusi yang lebih simple. Kita suka membuat sesuatu menjadi lebih sulit, lebih ribet.

Tidak setuju ≠ Tidak suka

Kita berada di lingkungan yang, well at least aku, apabila ada seseorang yang pendapatnya atau opininya dia bertentangan dengan apa yang kita miliki, kita cenderung untuk tidak suka kepadanya. Case ini sering, tapi padahal jarang sekali case ini beneran sesuai. Kenapa kita bisa seperti itu, karena kita sering kali nge-oversimplify orang tersebut dengan sedikit informasi yang kita dapatkan. Dengan opini ini, kita langsung menggambarkan di otak kita bahwa, orang tersebut secara whole person adalah orang yang bertentangan.

Teori dagang bakso: Remastered

Aku pernah nulis tentang ini, dan di beberapa kesempatan aku sering bicarain tentang ini ke temen-temen in joking manner, dan betapa relatenya mereka. Free Write 5 Minutes: Paradox dagang bakso Aku dulu mikir, mungkin ini itu teori atau sebuah fenomena “Dibecandain sama dunia”. Karena ketika kita gak begitu mau, kita dikasi, tapi ketika kita mau banget, kita malah gak dikasi. Kan kesel ya. Setelah beberapa dot, beberapa buku serta kejadian kejadian lain, akhirnya aku bisa memutuskan, teori dagang bakso itu bukan sesutau yang baru, ia tidak lain dan tidak bukan adalah abundance mindset.

10 tahun dari sekarang

10 tahun dari sekarang bagimana kamu melihat dirimu? Pertanyaan klasik interview, yang dulu mungkin aku sangat nge-“apa sih” pertanyaan ini. Tapi kalau sekarang, mungkin aku bisa menggunakan pertanyaan ini dan menjawabnya dengan benar. Ini bukan tentang interview. Bisa melihat kita mau menjadi apa dalam waktu 10 tahun kedepan menurutku adalah skill, atau kemantangan mental, self mastery yang tidak dimiliki orang-orang. Wajar saja pertanyaan tersirat ini muncul, orang-orang HR udah tau duluan result dari pertanyaan ini.

Yang kita punya hanya waktu

Yang kita punya hanya waktu. Sebuah kalimat penyemangat buat kamu para middle class untuk tetap menggapai mencoba menggapai mimpinya, atau kalimat untuk menjustifikasi para high class bahwa harta dan kekuasaan yang dia miliki itu tidak dia miliki. Crab bucket mentality. Aku memilih mengartikan makna ini ke yang pertama. Yang kita punya hanya waktu. Sejujurnya apa yang membedakan orang yang lebih “sukses” dengan orang yang belum? Yang menyamakan adalah, mereka semua punya waktu.

Worry

Worry atau cemas itu adalah reaksi dari otak dan tubuh kita atas pertemuan dengan situasi yang mengundang stress. Seringkali worry adalah takut akan masa depan karena serangkaian fenomena atau informasi yang kita dapatkan sekarang kita coba proyeksikan dan mendapatkan masa depan yang tidak mengenakan. Worry itu sebenarnya reaksi yang wajar sebagai manusia, sudah ter-wired di otak kita. Apabila kita tidak punya rasa cemas, kita akan sering terlibat kedalam marabahaya, atau terlambat mengantisipasi kegagalan di masa depan.

Terlalu sering main sosmed

Akhir-akhir ini aku terlalu main sosmed. Setiap minggu yang biasanya dikirim report sama iPhone berapa rata-rata screen time, itu terus meningkat terus. Dan peningkatan itu gara-gara sosmed. Aku udah beberapa kali bahas kenapa sosmed bisa bikin kita kecanduan. Free Write 5 Minutes: Recommendation system is dangerous Negatif tiktok Free Write 5 Minutes: Quit Sosmed Tapi aku sendiri sekarang kembali lagi, bahkan ini adiksi yang baru, terutama tiktok Tiktok itu ibarat snack, yang selalu pingin “dimakan” apabila lagi bosen.

Bagaimana habit itu sangat cepat terbentuk

TLDR: Hanya butuh 2 minggu sampai habit itu terbentuk, dan habit itu memudar. Aku di Jakarta udah 1 bulan, dan beberapa habitku mulai berubah, karena lingkungan baru sangat mempengaruhi kebiasaan. Ada yang kusesali, dan ada yang jadi opportunity juga. Kebiasaan yang mulai memudar adalah olahraga. Karena semenjak di jakarta WFO terus, dulu yang olahraga 5x seminggu, sekarang cuma pas weekend. Pas weekend pun kadang-kadang cuma sabtu atau minggu aja sekali. Jadi dari 5x seminggu, jadi 1x seminggu.