1 Oktober

· 2 minute read

1 Oktober, hari yang biasanya kita rayakan sebagai hari kesaktian pancasila, sekarang secara bersamaan akan menjadi hari kita berkabung. Tragedi Stadion Kanjuruhan Malang 2022.

Sejam lebih aku hari ini scrolling twitter, searching informasi tentang tragedi itu, bagaimana, apa yang mengakibatkan hilangnya 182 nyawa (3 oktober) saudara kita.

Turut berduka cita terhadap saudara-saudara kita yang menjadi korban disini, beserta keluarganya yang ditinggalkan di . Setiap aku membayangkan, keluarga yang menunggu anggotanya pulang dari senang-senang habis dari stadion menonton laga sepakbola tim favoritnya, tapi ternyata yang datang kerumahnya adalah ambulan, langsung hati ini rasanya kayak ada yang menusuk pakai jarum tipis yang tajam. Sakit.

Aku sudah baca beberapa kronologi, dan aku akan berbicara disini sesuai dengan konteks dari kronologi terkini yang aku simpulkan. 0. Penyelenggara menjual tiket lebih dari kapasitas stadion.

  1. Beberapa suporter turun ke lapangan.
  2. Suporter turun kelapangan memicu beberapa suporter turun juga.
  3. Polisi dan militer berusaha menenangkan suporter yang turun.
  4. Menggunakan gas air mata.
  5. Tapi gas air mata juga ditembakan ke tribun
  6. Orang-orang jadi lari kesana kemari, riweh semua
  7. Terinjak-injak, sesak nafas, dan akhirnya tidak kuat.

Aku tidak mengikuti bola, aku juga tidak pernah nonton laga sepak bola di stadion, tapi aku bisa tau jiwa fanatik orang terhadap idolanya itu memang bisa berlebihan. Aku pernah nonton konser, walaupun tidak sama, tapi ide atas kelakukan fanatisme, dan keramaian dan keriweah yang tidak terbendung aku bisa membayangkan.

Lalu siapa yang disalahkan disini? Oknum? Polisi? Provokator? Penyelenggara? LIB ? PSSI?

Apakah kalau suporter tidak turun ke lapangan, tidak akan terjadinya turun tangan polisi dan militer?

Apakah kalau polisi tidak menembakan gas air mata ke tribun tidak akan ada korban jiwa?

Apakah kalau penyelenggara menjual tiket yang sesuai dengan kapasitas, korban jiwa bisa dihindarkan?

Apakah kalau PSSI atau LIB membenahi system liga yang sudah terprediksi akan adanya kericuhan ini, tragedi ini tidak akan terjadi?

comments powered by Disqus