avatar

Fandy Aditya

1 Month Hiatus Article

Hari ini bertepan 1 bulan tidak ngepost di blog. Disetiap kesempatan aku selalu mention untuk ingin mengembalikan kebiasaan menulisku, tapi akhirnya itu hanya menjadi sebuah postingan, tidak pernah bisa mengimplementasikannya. Apa yang berbeda di tahun 2021-2022 adalah, dulu aku menganggap kebiasaan menulis itu adalah goals. Dan itu sudah tercapai. Sehingga motiviasi untuk menulis itu sudah redup. Sekarang ada goals lain yang ingin dicapai. Entah ini coping atau tidak, tapi itu yang aku rasakan sekarang.

Semua nasehat sudah pernah ada

Adalah benar. Kenapa itu benar ya karena memang benar. Nasihat kebanyakan itu bagaimana caranya kita hidup dengan benar. Dan hidup, itu sebanarnya tidak jauh berbeda semenjak manusia pertama kali diciptakan. Dan masalahnya itu itu aja, tentu karena perkembangan teknologi, masalah itu kulitnya berbeda. Sama halnya dengan nasihat. Disetiap kitab di setiap agama pasti akan tercantum nasihat yang sekarang kita dengar, tapi dengan frasa yang memang berbeda. Kadang tersirat, kalau hoki bisa dapat yang tersurat.

Birth rates

Barusan ada video dari asian boss, 30 menit, deep interview beberapa lokal tokyo, bertanya bagaimana pendapatnya terkait birth rate declining di jepang. Dari beberpa orang, sebenarnya hanya 1 orang saja yang, bisa kita bilang careless terhadap issue ini. Sisanya, memang masih memiliki semangat untuk yaa, berkembang biak dan make japan great again. Tidak ada juga yang rasis terhadap solusi pemerintah sana yang lagi bergembor gembor untuk import imigran buat tinggal disana.

All eyes of Rafah

Perang adalah salah satu dari kegiatan manusia, yang memang akan terus terjadi mau sampai kapanpun. Sejarah, fiksi, semua sudah nge-menntion perang ini. Tapi, penjajahan, itu berbeda dengan perang. Perang pun, walaupun saling bunuh bunuhan, ada rulenya. Salah satunya tidak boleh menyerang sipil. Karena, kita semua semacam mufakat, ada sebuah moral bersama, walaupun semua menyebutkan perang memang tidak terelakan. Akan selalu ada konfilk, ataupun “konflik” yang berasal dari sifat dasar manusia yang tidak pernah puas, dan menyebabkan peperangan.

Tentang The New Moscow

Karena mereka punya duit jadi dikasi ijin. Intinya gitu aja. Ketika ada dari pihak berwenang yang mengijinkan, pasti bisa. Dan kita, local, pasti juga ada yang diuntungkan, entah itu dalam jangka pendek atau dalam jangka panjang. Tapi, mereka tidak melihat dampak dari itu, mereka hanya mementingkan kepentingan mereka sendiri dan keluarga dan kerabat, tidak melihat dampak 50 tahun kedepan. Minggu lalu ada 1 post sosial media yang bikin emosi. Ada google maps, ngeblock di daerah canggu dan ada tulisan “the new moscow”.

Gara gara satu kebiasaan

Mungkin judulnya, lebih tepat ke: “Start dari satu kebiasaan”. Kebiasaan sekuat itu, hanya dengan satu kebiasaan, sebenarnya bisa membuat hidupmu, berubah 180% Kebiasaan bangun siang, kebiasaan makan gorengan, kebiasaan gigit kuku, dan kebiasaan yang lain. Seharusnya kita sudah tau lah ya mana kebiasaan buruk dan tidak, tapi ya, namanya kebiasaan, ya susah untuk tidak dilakukan. Jadi cara supaya paling mudah supaya kita bisa mudah untuk memulai, start untuk mengurangi kebiasaan yang berpotensi menghalangi kita untuk mencapai tujuan kita.

Drama

Ketika kita menonton film box office, kita pasti mencari-cari bagian serunya dari film itu dimana. Bagian seru biasanya konflik yang menjadi rintangan pemeran utama, untuk menuju goals yang ia inginkan. Kita pasti mencari itu, karena itulah yang bakal kita di kemudian hari. Ketika kita nonton spiderman no way home, kita akan ingat, ketika aunt may yang dibunuh oleh goblin. Ketika kita nonton Dune Sequel 2, kita ingat ketika Paul nge-silence si madam bene gesserit itu.

Inferior

Merasa inferior itu manusiawi. Walaupun manusiawi, rasa inferior yang sering muncul juga memberikan dampak yang tidak baik. Rasa inferior itu adalah pertanda bahwa kita sedang berada di kondisi yang tidak secure. Entah itu karena kita merasa berada disekitar orang-orang yang “besar”, atau kita berhadapan pada peristiwa yang tidak bisa kita hadapi. Rasa kekurangan atas suatu momen, yang memang faktual, atau hanya di bayang-bayang. Sampai sekarang di beberapa momen aku masih merasa inferior.

Jangan bilang-bilang, sebelum tercapai

Ada fenomena dimana, ketika kita ingin melakukan sesuatu, punya goals, punya mimpi. Pingin buka usaha, pingin bikin start up, pingin ini, pingin itu, jangan bilang dulu ke orang-orang, karena nanti ujungnya pasti gak jadi. Banyak kejadian, dan dari diriku juga sangat sering terjadi. Yang terakhir aja deh di post ini: Checkpoint, On IQ Secara aktual, aku tidak rajin. Exam terus ku reschedule, ku tunda karena tidak belajar. Waktu ada, 30 menit sehari itu sudah cukup, tapi tidak pernah dibuka.

Satisfaction in a nonsense things

Kepuasan terhadap hal yang tidak berfaedah. Inilah yang disebut distraksi. Aku percaya, kita as manusia memang di design untuk selalu mejaga keutuhan peradaban. Cara untuk menjaga peradaban adalah dengan selalu mencari sesuatu yang baru, agar peradaban bisa lebih cepat, dan bisa terjaga, dan bisa lebih aman dan nyaman. Melakukan sesuatu yang baru itu sulit. Butuh hunger seseorang untuk memulai dan menachieve itu. Hunger ini sebenarnya diciptakan pada diri kita as human.

Membaca dan Menulis

Peran buku selama 5 tahun terakhir menjadi faktor terbesar dalam pengembangan diriku. Tapi faktor itu semakin eksponen setelah aku juga mulai menulis. Menulis membutuhkan sesuatu untuk dibaca, sehingga mau enggak mau kalau mau nulis harus banyak baca. Kedua aktivitas ini saling timbal balik untuk memberikan pengembangan diriku selama 5 tahun. Ada sedikit penyesalan mengapa aku tidak aktif membaca dan menulis waktu SMA atau Kuliah. Tapi disisi lain aku juga tau karena, apapun yang aku baca waktu itu, walaupun konten dan buku yang ku konsumsi sama seperti sekarang, yang bisa diserap pasti beda.

Amarah 2

Amarah adalah salah satu emosi. Di pergaulan banyak yang salah kaprah, menyamakan emosi itu dengan marah. Marah adalah salah satu emosi, dan emosi itu belum tentu marah. Contoh emosi lain: nangis, takut, senang. Banyak hal memicu amarah dan tiap orang beda-beda. Kadang kita ngeliat: “Kok gitu doang marah”, atau orang lain juga liat ke kita, “Kok gak marah sih digituin” Amarah sering dilihat sebagai sesuatu yang negatif. Tapi seperti hal di dunia ini, yang negatif pun ada sisi positifnya.

Checkpoint, on IQ

Januari kemarin aku kebagian buat ikut training AWS. Solution Architect AWS yang harga trainingnya lumayan mahal. Dapat voucher untuk mengikuti sertifikasinya, dan akan expired di tanggal 22 April nanti. Udah lama gak belajar kayak gini, karena kalau melihat kisi-kisi, soal sertifikasinya beneran kayak soal ujian SMA. Yang materi banget, buku banget. Harus hafal detail-detail gitu kayak ujian biologi. Aku menyadari bahwa, apabila dipertemukan dengan foreign knowledge, ilmu yang bener-bener baru buatku, aku membutuhkan 2x-3x pengulangan supaya bisa memahami.

/rant

Jiwa ini selalu berkonflik apakah mesti menjadi orang baik atau orang yang tidak baik. Dimana kita tau, orang-orang yang tidak baik, sangat sering meraup benefit daripada orang yang baik. Orang yang tidak mengikuti aturan selalu lebih sukses daripada orang yang baik. Orang yang menghalalkan segala cara akan selalu mendapatkan yang ia ingin dapatkan didunia ini. Kita selalu di coping, bahwa “Nanti di dunia akhirat, atau di dunia selanjutnya akan berbalik”. Which is, sesuatu yang tidak pernah bisa dibuktikan.

Tentang Generasi

Generasi disebut generasi karena ada sekelompok orang, yang terpetakan berdasarkan lintas waktu mereka lahir dengan keseragaman atas pemikiran dan tindakan mereka. Pasti kalian sering mendengar semacam: “Jaman dulu 2000an awal itu jaman paling enak, bisa main dijalanan, hujan hujanan, rame. Sekarang anak-anak di dalem rumah, gak asik, main hape terus.” Atau: “Kalian ini hidup enak, dulu bapak perlu nyebrang sungai pake flying fox buat berangkat ke sekolah” Sentimen terhadap generasi yang berbeda biasanya seperti ini: Generasi yang lebih tua tidak suka dengan yang lebih muda dengan alasan lemah, lembek dan manja.