Aku inget aku nonton video di youtube yang dia experiment untuk tidak minum kopi selama 30 hari. Videonya MAtt D’Avella kalau gak salah. Dia, sebagai pencinta kopi yang sehari bisa 3x, experiment untuk stop minum kopi selama 30 hari.
Resultnya walaupun dia sukses dalam 30 hari bener-bener tidak minum kopi, tapi selama menjalankannya dia benar-benar tersiksa. Setelah 30 hari pada akhirnya dia tetap ingin melanjutkan minum kopi. Karena menurut dia, dengan tidak minum kopi, daya fokus, kreativitas dan kesenangan dia itu jadi berkurang. Tapi aku percaya, kalau dia itu udah ketergantungan kafein.
Ada yang membuat susah orang untuk cabut dari kecanduannya: Recovery symptoms yang biasanya menyiksa.
Kita simplify dari 3 fase, tidak berurutan:
- Fase 1, ignoring the crave Karena otak kita sudah dijejeri oleh adiksi, oleh kenikmatan yang setiap hari, akhirnya otak men-crave itu. Terus tiba-tiba kita stop untuk memberikan itu ke otak, otak akan men-crave itu semakin kuat, dan akhirnya banyak after-effect dari crave yang tidak kita berikan berdampak ke tubuh kita. Untuk seseorang adiksi akut, itu akan sangat menyakitkan. Bahkan bisa aja butuh suatu tambahan zat yang less adiktif, less dangerous untuk menanggulangi fenomena ini.
- Fase Emotional Burst Otak sudah belajar bahwa, dia tidak bisa mendapatkan crave itu, sehingga dia akan merustruktur lagi ulang dirinya agar bisa hidup kok tanpa itu. Ada fase dimana orang-orang mendapatkan rasa emosi yang bertubi-tubi, yang sudah lama tidak dia dapatkan. Karena dulu rasa emosinya dia tertutupi oleh adiksi yang selalu diberikan, sekarang sensitivitas emosi akan kembali. Bahkan lebih lebih, karena segala emosi yang dahulu itu tidak bisa dikeluarkan, ibarat sekarang mendobrak semua untuk keluar.
- Fase Flatline Disamping fase emosi yang meledak, ada lagi orang menyebutnya fase flatline. Fase dimana, kita tidak ingin melakukan apa-apa. Tidak mendapatkan kesenangan dari kegiatan apapun, dari benda apapun, dari koneksi, achievement, money, game, hobby apapun dah pokoknya. Benar-benar flat. Tapi dimasa ini otak mentrick kita, memberi tau bahwa “udah kasi aja kita candu lagi, dijamin kita jadi senang lagi”, something like that. Banyak orang di fase ini tertipu oleh otak dan akhirnya kembali menggunakan candu karena takut atas sensasi yang hilang selamanya. Padahal ini hanya sementara. Ibaratnya otak lagi merestart kembali dirinya, supaya kembali ke settingan awal, memberikan kesenangan atas aktivitas yang memang natural reward. Dan restart itu perlu waktu.
Melewati 3 fase ini, kita akan sudah bisa bebas dari candu. Tapi ingat satu hal, trigger atas candu itu tidak akan pernah hilang di otak. Dia hanya melemah, walaupun melemah dari 100% ke 0.01%, dia tetap ada. Jangan lengah, kalau tidak mau kecanduan kembali.