Kalau aku ingat momen hidupku, ada tiga momen rekt yang aku selalu ingat. Mungkin ada lebih banyak, tapi tiga ini aku selalu ingat sampai sekarang:
- My first experience menjadi ketua acara. Acara gagal total
- My first experience ambil project bikin apps. Ngaret, client sampai nambah satu semester karena gagal sidang.
- Yang terbaru, getting rekt on terra luna $ust crash. Loss 35% of my porto.
Dimomen itu selalu ada pikiran bahwa “Bakal ada keajaiban gak ya?” “Acaranya bakal tiba-tiba mundur gak ya”, “Bisa gak ya clientnya gak jadi bikin apps di aku”, “Bisa gak ya $UST balik lagi ke $1”. Nope. Miracle kayak gitu gak pernah datang. At that moment I realized, there’s no miracle in hell.
Pilihannya cuma dua, mau stay di neraka atau climb up the hell and get back to earth. Transcendence. I did not choose to be transcendence at that moment. Tapi aku gak mau diam ditempat, aku mesti bergerak.
Masa-masa terpuruk disetiap momen beda-beda. Yang pertama seingetku sampai 1 bulan. Yang kedua, 2 minggu. Yang ketiga ini bisa seminggu kurang. Makin kesini makin singa
Satu hal yang membuatku bisa beraksi adalah: Own the mistake. Sadari kesalahan kita, dan jangan denial. Cara yang ampuh untuk own the mistake adalah memiliki kepercayaan atas disetiap kegagalan ada value yang bisa kita ambil untuk menjadi orang yang lebih baik. Cara memiliki kepercayaan itu? You have to experience getting rekt.
Dengan menyadari kesalahan kita, kita bisa memiliki experience atas solusi apabila ketemu problem yang sama dikemudian hari. Dan tentu saja, itu adalah experience unique yang cuma kalian yang punya. Leverage it.
After getting rekt kita milih mau terpuruk atau bangkit dan belajar dari situ. Better yang kedua tentu saja. Lebih susah sudah pasti. Tapi percayalah kalau kalian bisa keluar dari itu kalian akan menjadi orang yang lebih baik. Worth the try.