AI Wave

· 2 minute read

Perkembangan teknologi AI ini terasa sangat cepat. Setiap hari, ada aja yang baru. Awal-awalnya aku lumayan excited, tahun lalu pertengahan, dengan mikir banyaknya possibilites yang bisa kita bangun dengan cepat dan mudah, tapi semakin kesini, setiap ada update baru yang mengegerkan, ada sedikit hatiku yang takut. “Gile, ini kerjaanku beneran bakal ilang nih”

Bener saja, pekerjaan programmer bisa semakin sedikit, dengan teknologi AI yang makin advanced ini. Hanya segelintir orang yang mau merubah, dan always learning yang akan bertahan. Top % nya. Cara kita bekerja, as programmer akan totally berubah. Tunggu aja, tahun depan aja, aku yakin sudah ada impactnya.

Tekonologi AI ini dia perkembangannya exponensial. Selama 30 tahun terakhir, terlihat tidak ada gebragakan yang signifikan disini. Dan tiba-tiba, tahun lalu, skynet bisa aja dibikin kalau mau. Ada sentences yang menurutku paling cocok untuk fenomena ini, aku nemu di kolom komentar youtube:

“Developers became so good at optimizing that they optimized their selves out of the equation”

Mungkin ini yang para artist rasakan, ketika ada Midjourney, Stabble Diffusion dan Dall-e itu baru-baru muncul, aku yakin perasaan takut dan deg-degannya sama. Tapi disisi lain, memang, tekonologi itu terus berkembang. Yang pasti itu memang perubahan. Jadi dengan adanya ini, kalau mau survive, yaa mesti berubah. Berubah itu memang tidak enak, tapi harus. Kalau enggak ya tersingkirkan. Siapa bilang dunia ini tidak kejam? Tapi sebenarnya kalau corenya kita tau, kita seharusnya tidak takut. AI, dan tools-tools lainnya itu sebenarnya membantu kita menyelesaikan pekerjaan, asal pekerjaan selesai, toolsnya pakai apa aja harusnya gak masalah. Pekerjaan buat siapa? Buat end user. Asal kita bisa membuat sesuatu yang end user inginkan, harusnya gak masalah. Mau buat pake batu, buat pake ngoding biasa, ngoding pake AI, gambar pake biasa, pake ipad, atau minta bantuan AI juga. Asal kebutuhan dan keinginan end user, yang bayar kita terpenuhi, mau bikinnya pake apa, mereka mah gak peduli.

comments powered by Disqus