Amarah adalah salah satu emosi. Di pergaulan banyak yang salah kaprah, menyamakan emosi itu dengan marah. Marah adalah salah satu emosi, dan emosi itu belum tentu marah. Contoh emosi lain: nangis, takut, senang.
Banyak hal memicu amarah dan tiap orang beda-beda. Kadang kita ngeliat: “Kok gitu doang marah”, atau orang lain juga liat ke kita, “Kok gak marah sih digituin”
Amarah sering dilihat sebagai sesuatu yang negatif. Tapi seperti hal di dunia ini, yang negatif pun ada sisi positifnya. Menggunakan amarah di kondisi yang tepat akan berdampak positif untuk kita dan sekililing. Tapi, apa itu marah di kondisi yang tepat? apa itu marah yang baik?
Semakin kesini yang aku sadari adalah amarah yang baik adalah amarah yang tidak dilakukan di waktu dan tempat marah itu tercipta. Maksudnya, ketika kita sedang marah dan memuncak, berarti disana bukan waktu yang tepat untuk marah. Tapi ketika berada disituasi yang tidak menyulut amarah, mungkin saja itu adalah waktu yang tepat untuk marah. Tentu tidak semua, tapi setelah ku observasi kedalam diri dan sekitar, pernyataan itu ada benarnya. Mungkin menyambungkannya begini:
Amarah yang baik adalah amarah yang bisa meraup benefit apabila kita melakukannya. Ketika amarah itu tercipta di dalam diri, kemungkinan besar bahwa amarah itu diluar kontrol jauh lebih tinggi. Sesuatu yang tidak bisa kita kontrol adalah sesuatu yang tidak baik. Amarah yang dilakukan ketika ia tidak tercipta adalah amarah terkontrol. Sesuatu yang bisa dikontrol adalah sesuatu yang baik. Begitu.
Contoh: Ketika kita pesan makanan di restaurant, dan pesanan yang datang tidak sesuai dengan makanan yang kita pesan. Tentu saja, kalau kalian seperti aku yang tidak terlalu begini begitu, kesalahan itu tidak perlu amarah, tapi kalau kalian ingin mendapatkan apa yang memang kalian pesan, harus ada sedikit amarah ke pihak restaurant, menyatakan ketidakpuasan bahwa ini pesanan dan salah dan menuntut untuk mendapatkan makanan yang benar. Itu salah satu contoh amarah yang baik.
Mungkin orang-orang juga menyalahartikan amarah itu dengan sesuatu yang aggresive, nada tinggi, mata melek, dan main fisik. Misal, amarah yang sampai banting-banting barang, amarah yang sampai keluar kebun binatang. Sampai main fisik. Tentu amarah yang seperti itu terjustified, apabila reason amarah itu memang cocok. Tapi, untuk sesuatu yang kita agree secara sosial bahwa itu tidak cocok, melakukan amarah yang seperti itu, akan malah merugikan.
Contoh lagi amarah yang baik. Kamu seorang bapak, ingin mendidik anak menjadi disiplin. Mesti ada sedikit amarah diselipkan ditiap ajaran dengan tujuan anak menjadi takut dengan kita. Dan ujung-ujungnya dari rasa takut akan menjadi respect, dan baru kita bisa kurangi kadar amarahnya. Catatan: amarah yang ingin ditunjukan adalah amarah terkontrol, karena kalau tidak malah jadi boomerang. Tentu lebih gampang bilang daripada melakukan, tapi kalian dapat pointnya untuk contoh ini.
Jadi, ketika kalian merasa akan marah coba tanya lagi, apakah ketika aku marah akan bisa mendapatkan benefit? Akan mengubah keadaan menjadi menguntungkan buatku? Apabila iya, maka marahlah. Apabila tidak, simpan.