Art born from differences

· 1 minute read

Aku tadi lagi nonton UFC di youtube, dan ngelihat salah satu fighter menang telak dengan sangat easy dapat knock lawannya. Terlihat mudah tapi aku tau ketika dicoba pasti itu susah. That’s Art.

Aku inget juga dulu baca komik fight ippo. Pada Chapter ketika juara tinju kelas bulu jepang, sebagai penantang, mau merebut sabuk juara tinju kelas dunia. Dengan segala teknik super milik penantang, tetap kalah telak oleh sang juara. Padahal sang juara cuma menggunkan teknik yang basic. That’s art

Tahun 2000an. Brand hp pada saat itu gencar-gencarnya untuk membuat hp yang sangat aneh-aneh. Bentuknya unik lah, keyboardnya ditambahin macem-macem. Ada antena nya lah buat nonton tv. Iphone hadir dengan hp bentuk kotak biasa, dengan touchscreen. No keyboard, just touch screen. Clean, simple minimalis. That’s art.

Bali dengan segala keunikan budayanya. Arsitektur, ukiran, tarian. Para turis datang untuk sekedar melihat perbedan budaya mereka dan budaya Bali. That’s art.

Mahasiswa yang bisa lulus dengan IPK 4. That’s art

Art lahir dari perbedaan. Sesuatu dibilang art biasanya karena dia berbeda dari yang lain di kelasnya. Apakah art itu sama dengan sesuatu yang sempurna? menurutku enggak. Apabila mayoritas itu sempurna, dan hadir satu entity yang tidak sempurna, thats possibly become an art. Art is something difference with some beauty in it.

comments powered by Disqus