Balas budi dan balas dendam. Orang lebih suka untuk balas dendam daripada balas budi, karena balas budi itu merepotkan, dan balas dendam itu sangat nikmat.
Ada alasan kenapa, film, kartun, komik, cerita, drakor atau bahkan cerita IRL dimana tokoh yang mendapatkan ketidakadilan di masa lampau yang berhasil membalaskan dendamnya itu sangat diminati menjadi sebuah sub-genre tersendiri.
Satisfying katanya. Ada sensasi nikmat yang kita rasakan apabila dendam berhasil terbalaskan. Dendam diri, maupun dendam orang lain yang kita dukung sensasinya sama.
Balas dendam ini bisa menjadi sumber motivasi yang masif. Tapi seperti doping, karena ketidaknaturalan-nya sumber motivasi ini, terkadang kita lupa, ketika dendam berhasil terbalaskan, terlalu banyak pengorbanan yang sudah dilakukan dibelakang, dan ujungnya hanya ruang kosong yang kita dapatkan setelahnya. Not recommended. Jangan digunakan sering-sering.
Beda halnya dengan balas budi. Kita memang selalu diajarkan untuk balas budi kepada orang yang telah membantu kita. Kita juga diajarkan untuk membantu orang tanpa pamrih. Disatu sisi kita tau, melakukan balas budi itu tidak menyenangkan.
Kecuali ada kepercayaan yang membuat balas budi itu nikmat, tapi by default, sebenarnya balas budi itu merepotkan. Padahal kita tau, apa bila ada orang yang membalas budi ke kita, pandangan kita kepada orang itu bisa bertambah mengarah ke arah yang baik.
Dengan mengetahui ini kita memiliki rasa untuk tidak meminta bantuan ke orang karena males nanti membalas budinya itu. Males berhutang budi.
Merembet juga ketika kita memang ingin membantu, membantu ketika memang niat pure membantu tanpa embel-embel ingin budi dibalas.
Jadi apabila kalian ingin meminta bantuan kepada orang, jangan pernah meminta atas alasan karena kalian pernah menolong dia sebelumnya. Alasan itu keseringan tidak akan membantu dan malah jadi bumerang. Minta tolong dengan memberikan tawaran mutualisme. Biasanya kesempatan dapatnya lebih besar.
Presentase balas budi menjadi sumber motivasi daripada balas dendam itu lebih kecil. Kasus yang sering kita lihat biasanya anak ingin sukses untuk membahagiakan orang tua, karena ingin balas budi sudah berhasil membesarkan dia sampai sekarang.
Intinya orang akan lebih niat untuk balas dendam daripada balas budi. Mereka lebih cenderung mau mengorbankan banyak hal untuk balas dendam ketimbang untuk balas budi.
Related Readings: