Ada pernyataan yang unik ketika kakaku lagi di Bali. Mobil lagi berada di gang yang kecil dan pas-pasan dengan mobil lain. “Adoh, ada bapak-bapak banyak masalah di belakang gak bisa sabar”. Kakaku nyeletuk, dan well bemper depan mobilku jadi baret.
Bapak-bapak banyak masalah katanya. Banyak pertanyaan muncul dibenaku. Kenapa bapak-bapak yang tantintantin di kemacetan itu dibilang banyak masalah? Dan kenapa pernyataanya seperti “Bapak banyak masalah ini” adalah suatu kategori dari bapak-bapak yang banyak ditemukan dimanapun?
Mungkin kalau mau ditarik lagi. Bapak-bapak adalah tulang punggung keluarga. Harus menafkahi keluarga, dan menafkahi keluarga itu susah. Sudah mendapatkan tekanan hidup dari kerjaan, masalah dari kerjaan, maupun di rumah tangganya, sekarang disuru untuk sabar karena ada kemacetan di jalan, orang-orang yang harinya sudah tidak baik (banyak) akan menjadi “Bapak-bapak banyak masalah” Tapi kalau aku kilas balik bapakku dulu waktu aku masih sekolah, dia belum pensiun. Bapakku memang punya kebiasaan untuk mengerutkan dahi. Seperti orang bete/marah. Mau makan, mau waktu ngapain. Ketika ditanya kenapa, raut wajahnya langsung berubah seperti biasa, “enggak, enggak”. Aku yakin itu jawaban yang benar. Dia memang lagi enggak kenapa. Kebiasaan di kantor mengerutkan dahi ketika lagi ada tekanan kerja, menjadi kebiasaan. Yah itu. Mungkin seperti itu. Mungkin juga aku ngarang. Atau aku bisa mungkin tanya kakaku aja.