Birth rates

· 2 minute read

Barusan ada video dari asian boss, 30 menit, deep interview beberapa lokal tokyo, bertanya bagaimana pendapatnya terkait birth rate declining di jepang.

Dari beberpa orang, sebenarnya hanya 1 orang saja yang, bisa kita bilang careless terhadap issue ini. Sisanya, memang masih memiliki semangat untuk yaa, berkembang biak dan make japan great again. Tidak ada juga yang rasis terhadap solusi pemerintah sana yang lagi bergembor gembor untuk import imigran buat tinggal disana.

Walaupun terlihat memang jepang dan negara maju lainnya yang memiliki issue ini, tapi secara global sebenarnya ini issue yang memang menjadi issue di tiap negara.

Di Indonesia sendiri, walaupun tentu masih mayoritas orang-orang masih memiliki traditional value untuk memiliki keluarga, dan memiliki keturunan, tapi sudah jauh berbeda persentasenya dibandingkan dengan jaman bapak ibu kita (boomer).

Kenapa bisa jauh, lagi lagi alasannya faktor ekonomi. Membesarkan anak itu memang bisa dibilang mahal. Rumah, yang menjadi salah satu kebutuhan primer, malah membutuhkan kekuatan ekonomi tertinggi. Akhir merembet kemana-mana.

Disisi lain, orang yang memikirkan hal ini dan memutuskan untuk “tidak menikah” atau “child free” itu adalah orang-orang yang melek. Orang-orang yang memiliki resources, orang-orang yang iq nya rata-rata keatas.

Orang orang yang menengah kebawah, dan orang-orang yang memiliki iq diatas rata-rata malah tidak memikirkan hal ini. Jadi dengan fakta sederhana ini saja, kemungkinan Indonesia, 100 tahun lagi akan dipenuhi oleh orang dewasa yang berasal dari menengah kebawah, dan ber-iq rendah. Dengan mayoritas seperti itu, jalan menuju indonesia emas akan semakin lama. Ketimpangan sosial akan semakin tinggi juga.

Persentase seorang anak, yang berasal dari keluarga miskin untuk keluar dari kemiskinan itu kecil. Walaupun tidak 0, tapi kecil. Bayangkan sekarang kelas tersebut yang mengambil porsi besar dalam keturunan warga di Indonesia.

Sama juga dengan persentase seorang anak, yang berasal dari keluarga low iq, memiliki tingkat kecerdasan diatas bapak ibunya, dan bahka di atas rata-rata. Sangat keci.

Aku tidak ada dendam atau benciterhadap kawan-kawan yang tidak ingin menikah dan tidak memiliki anak, walaupun pandaganannya berbeda, tapi aku bisa pahami mengapa. Tapi, cobaku paparkan dari sudut pandangku.

Apa kalian rela, kalian para bibit unggul, dan sudah mencapai tangga kehidupan yang tinggi, malah tidak bisa memiliki penerus, malah habis kalah sama orang-orang bego low iq dan low income?

Gak usah ngomongin negara dulu, Bukan untuk negara, bukan untuk daerah, tapi untuk kalian sendiri. Pride kalian, atas keturunan unggul, yang seharusnya bisa kalian turunkan, dan sebarluaskan.

comments powered by Disqus