Canggung yang kumau

· 2 minute read

Tidak ada yang suka yang berada si kondisi yang canggung. Aku sendiri enggak suka. Canggung membuat ketidaknyamanan, tidak ada orang yang suka dalam kondisi yang tidak nyaman. Aku sekarang lagi di bandara. Nunggu pesawat yang lagi delay 1 jam 45 menit. Gile memang, luar biasa singa hutan satu ini. Lagi di ruang tunggu, melihat orang-orang nunggu. Duduk, makan duduk dibawah sambil dudukin koper ngobrol, main hape, baca buku. Sejak seminggu lalu aku udah mulai pamitan. Start dari tepat seminggunya, udah pamitan sama temen-temenku. Lalu saudara-saudara, sabtu kemarin aku pulang kampung pamitan sama leluhur dan nenek. Lalu sama pacar, seminggu ini ketemu setiap hari karena udah mau berangkat lagi buat kerja ke jakarta. Dan sampai sekarang tadi di gate dianter bapak ibu, sama pacar dan akhirnya sekarang ada disini Perpisahan tidak bisa dielakan, apapun bentuknya pasti tetap terjadi. Tapi hati ini selalu tidak siap, sudah mengantisipasi tapi hati tidak bisa boong. Semakin lama momen, semakin hati ini berat.

Aku sudah sadari ini ketika selesai kuliah sebenarnya bahwa, perpisahan karena lokasi akan makin sering terjadi. Tapi ketika pandemi menyerang, aku dapat pandangan baru bahwa, ini sebenarnya bisa dielakan.

Coba bayangin, udah pamitan kesana kemari, sedih-sedihan, eh tiba-tiba aku nongol dirumah, menunjukan batang hidungku balik. Gimana gak canggung coba? Tapi ini akan jadi salah satu momen canggung yang aku inginkan, yang aku nantikan, yang aku tuju.

comments powered by Disqus