Character Development

· 6 minute read

Aku terus menunda untuk menulis hari ini. Dari jam 11 malem sampai sekarang jam 12an baru aku terus nulis. Terus scrolling tiktok, dan gak sadar udah sejam aja duduk bungkuk sambil scrolling tiktok. Tiktok ini memang bahaya.

Free Write 5 Minutes: Recommendation system is dangerous

Negatif tiktok

Dari kecil sampai sekarang, aku merasa aku sudah mengalami karakter development yang baik. Coba kita liat kilas balik dulu.

Ketika aku SD, aku anak pemalu, aku duduk paling depan, gak pinter, karena duduk paling depan gampang digapai ketika baru dateng ke kelas jadi aku tidak perlu melewati teman-temanku. Aku bahkan gak berani tengok kanan kiri, kayak malu aja gitu kalau aku inget-inget. Tapi kalau udah dirumah, main sama anak gang, aku ini selalu jadi yang loyal, selalu keluar gang, nungguin anak-anak, main kayak biasa, jadi anak bocah yang main kayak biasa, involve, insiate buat main, enggak cuma pasif aja.

Kelas 3 SD, perombakan kelas. Kelasku isinya semua troublemaker angkatan. Dan pas banget, aku sebangku sama troublemaker yang terkenal. Langsung gugup, tidak bisa ngapa-ngapain, pura-pura sibuk kalau diajak ngomong. Pulang sekolah aku ingat aku langsung ngomong ke ibuku pokoknya konteksnya gini: “Bu, Ipan sekelas sama anak-anak nakal nok, duduk malah sama yang paling nakal, mau pindah aja”. Jawaban ibuku aku sampai ingat sekarang “Jangan gitu, belajar bergaul!". Momen itu jadi perubahan karakterku yang pertama. Aku masih inget, karena mungkin itu beneran penting. Aku bergaul sama mereka, bahkan mereka jadi salah satu sahabatku sampai lulus SD. Karakterku di gang, aku bawa ke sekolah dan fit. Dan ternyata mereka gak bandel-bandel amat. Cuma nakal ya selayaknya anak SD. Aku jadi lebih bisa bawa diri lah di sosial persekolahan.

SMP. Tidak ada teman SD ku yang se-SMP bikin aku ingin membawa image fandy si paling brandal. Aku juga sengaja mengubah nama panggilanku dari Ifan ke Fandy, supaya di kenal sama nama Fandy. Biar fresh. Aku gak ngerti kenapa jujur, tapi kayaknya karena aku dulu masih game Bully. Tapi tentu saja aku tidak brandal gitu haha, aku ketemu tribeku, temen sekelas semua pada suka main game, aku akhirnya jadi tau bahwa ya, aku memang suka main video game. Aku yang dulunya, semua harus serba ayok kesini, gak boleh kita gak buang buang waktu, harus main, dll. Sekarang, yok dah luangkan waktu buat main game aja. Cari warnet kesana kemari cari yang kosong supaya bisa main game online rombongan.

SMA. Aku masih suka main game. Tapi aku juga masih tetap suka berpetualang, jalan-jalan. Aku merasa disini aku terkenal jadi badut, ya suka ngelawak aja, dan tidak ada keterpaksaan, maksudnya aku suka diketawain karena candaanku. Aku kadang jadi center of the group, kadang di circle lain aku pasif dan jadi tukang dengerin aja. Aku tidak pernah ada rasa aku harus selalu jadi center of the group, dan ketika tidak bisa, aku cabut. Aku suka berada di berbagai circle karena mungkin, ya banyak info yang aku bisa dapat sebagai anak remaja lah.

Di masa ini aku masih merasa aku harus bisa berteman dengan siapa saja, ingin berteman dengan dia yang populer, ingin melakukan sesuatu yang hitz, ke tempat yang hitz, ya aku merasa jadi remaja yang normal lah. Sifat pemaluku juga sepertinya disini udah mereduksi banyak, mungkin ini tertupi dengan sikap lawaku, jadinya anggap aja malu-malu atau awkward itu adalah bentuk lawakan yang tidak apa-apa diketawain. Makin awkward makin bagus. Proud to young me karena bisa bisa menumbuhkan sense of humor yang baik hingga sekarang. Sense of humor yang baik menurutku salah satu good traits dalam karakter seseorang.

Disini juga aku baru sadar, aku tertarik ke psikologi. Aku suka mengobservasi, aku mulai prediksi prediksi ala-ala orang ini kenapa, kenapa dia melakukan itu, aku tau caranya bikin temen marah, bikin temen seneng, yang jelas disini juga aku mulai bisa surpress emotionku. Acting sih lebih tepatnya. Di dalem hati masih pingin mukul, tapi sudah bisa kontrol untuk tidak menunjukan. Oh ya, dimasa ini aku masih sangat terpengaruh terhadap omongan orang. Rasa takut, akan leading sesuatu masih besar disini.

Ketika kuliah. Aku mulai ketemu banyak sekali tingkah laku seseorang yang aneh-aneh. Dulu aku tidak tau reason orang itu kenapa sampai se-extreme itu, tapi sekarang aku sudah tidak heran lagi, karena dunia ini memang penuh oleh orang-orang yang tidak bisa mengontrol emosi, low stress tolerant dan akhirnya ditunjukan dengan extreme level of action. Sebagai mayoritas selama hidup dan akhirnya menjadi minoritas di rantauan, aku akhirnya juga mendapatkan persepektif baru tentang ini, semua orang akan terlahir rasis sampai “di-rasisin” dan gak bisa ngapa-ngapain.

Aku sudah tidak mencoba berteman, bermain dan bertindak untuk menuju ke populeran. Aku sudah ok dengan circleku yang segini. Aku mulai memaksakan diri untuk mengambil tanggung jawab besar, pernah sampai burnout, dan setelah aku pikir, itu yang membuatku sampai dititik ini, untungnya aku bisa mengambil pelajaran dari situ.

Aku sudah muali careless terhadap omongan orang. Aku disini akan selalu menghindari konflik, apapun yang terjadi mau direndahin atau apa, aku bakal lebih menghindari konflik daripada menghadapinya. Disini aku mulai membentuk lidah-lidah manis agar bisa menghindari konflik apabila diperlukan. Layaknya game RPG, aku bakal milih dialog dan aksi yang safe-safe aja tapi sering kali low risk.

Lulus kuliah, masuk dunia kerja. Setahun kerja aku merasa karakterku tidak banyak yang berubah. Aku cukup seneng karena bisa berada di lingkungan yang aku bisa menjadi fandy seperti biasa di dunia kerja tanpa perlu untuk berubah dan beracting. Tapi mungkin sekitar, 2019 pertengahan, ketika pandemi, aku mulai start membaca buku. Dan itu yang menjadi salah satu landasan karakterku saat ini. Aku sangat tertarik ke psikologi. Tertarik mungkin udah sampai di early degree of obsese. Self improvement. Dulu sifatku yang pragmatis, menghindari konflik, yang dulu ku kira keren, sekarang aku merasa ada yang harus diubah. Konflik boleh, asal itu menyakut merendahkan dan merugikan kita. Gunakan ego, karena kalau enggak orang lain itu bakal nganggap kita kayak keset.

Aku mulai bisa membahas sesuatu yang serius, dengan nada serius dan intensi yang serius tanpa mesti nangis. Kalau dulu mah, aku yakin aku udah nangis duluan. Karena kalau diinget-inget tidak pernah melakukan obrolan yang serius heart to heart selama itu. Mungkin pernah marah aja sampai nangis. Aku mulai tidak menjudge langsung orang yang memiliki attitude yang negatif, mencari tahu reasonnya dia kenapa, dan ujung-ujungnya akan selalu pity ke mereka. Aku mulai dewasa. Aku mulai bisa mengartikulasikan pikiranku.

Aku juga sudah mulai tidak memikirkan diriku sendiri, yang dulu aku bisa dibilang selfish tingkat earlu medium, tidak akan membantu kalau tidak diminta, karena aku juga seperti itu dulu. Sekarang sudah mulai mencoba inisiate bantuan. Kalau untuk perduitan, aku merasa aku tidak pernah foya-foya, aku selalu merasa aku frugal, dan sampai sekarang, which is nice.

Kalau disuruh mikir, karakterku sekarang seperti apa, ternyata susah juga ya haha. Tapi intinya, aku merasa karakter developmentku menuju kearah yang baik. Banyak hal yang membentuk karakterku ini, dan aku berterima kasih. Wisdom dari bapak, pengalaman merantau, pacar, boncos crypto, buku-buku, dan banyak lainnya yang ku yakin membentuk karakterku sekarang.

Satu hal yang pasti, masih banyak ruang untuk improve dan aku berada di jalan yang cepat. Slow but sure.

Buset aku nulis ini sejam hahaha

comments powered by Disqus