Karena dibatasi kita jadinya harus mencapai goals yang sama tapi dengan resources yang terbatas. Otak akan di-force untuk ngide dan mengoptimalkan resource yang ada, dan akhirnya menciptakan sesuatu yang tidak biasa. Kreatifitas.
Dari fakta ini, banyak sekarang team yang sengaja resourcesnya dibuat kecil, karena itu bisa mengoptimalkan kerja tim, meningkatkan kreatifitas. Kreatifitas meningkatkan produktivitas.
Tidak ada ruginya menjadi kreatif. Terkadang kita memang memakan waktu yang lebih lama supaya kreatifitas kita dituangkan dalan sesuatu yang seharusnya tidak membutuhkan itu. Tapi as long itu menyenangkan buat kita, tetap lakukan. Karena kreatifitas itu udah kayak otot. Kalau gak pernah dilakukan, lama-lama daya kreatif kita akan berkurang.
Jadi, bagaimana kita menciptakan environment supaya kita bisa menjadi lebih kreatif? Batasi aja resourcesnya.
Contoh, kalian mau membangun masa otot. Tapi di pasar deket rumah kalian sumber protein yang tersedia itu cuma, tempe, telor, ayam. Bagaimana kalian kreasikan 3 bahan utama itu, agar kalian tidak pernah bosen. Harus kreatif.
Contoh lagi twitter. Dengan twitter membatasi setiap postingan hanya boleh 240 karakter, penulis blog harus kreatif untuk menyematkan isi artikelnya yang diubah ke tweet. Harapannya agar unique valuenya masih ada, isinya masih daging, tapi muat di 240 karakter doang.
Terus kalau begitu, dengan resources yang melimpah kita akan tidak menjadi kreatif dong? Enggak juga. Tantangan dari resources yang melimpah adalah, kita jadi menghambur-hamburkan resources yang seharusnya bisa tidak dialokasikan. Tapi goalsnya sama-sama tercapai jadi that should not be a problem. Tapi dalam konteks ini, kreativitas akan hadir atas mix dari berbagai macam resources menciptakan knowledge baru dari mix itu.
Tapi aku merasa ini lebih susah karena. Resources yang melimpah berbanding terbalik dengan optimalisasi daya guna otak. Jadi kita terbuai, merasa tidak ada cara lain selain menggunakan resources, yang sebenarnya ada.