Aku selalu berpikir kalau aku tidak punya atau berbakat menjadi entreperenur. Tapi aku lupa, dulu waktu kuliah aku sempat buka jasa bisnis sepatu.
Ini sebenarnya diawali dengan jasa bisnis sepatu itu merupakan sesuatu yang baru, dan itu masih sedikit gitu lah. Kita itung-itung modalnya sedikit jadi langsung sikat. Pertama nawarin, peminatnya serius banyak.
Dari berdua, tapi akhirnya sendiri. Jasa cuci sepatu ini menurutku lebih ke marketing. Karena yah, kita menjual jasa, specifically teknik mencuci sepatu yang “benar”, padahal tekniknya sebenarnya enggak harus seperti itu.
Tekniknya dibikin seolah-seolah sulit (memang detail sih), supaya terkesan mencuci sepatu itu adalah sesuatu yang memang kamu patut bayar. Padahal, kalau mau pake bahan-bahan sederhana yang ada dirumah harusnya bisa aja kalau kita memang pengguna sepatu, bukan pencinta sepatu.
Sepatu > 500k menurutku worth bawa ke jasa, kalau dibawah itu mending cuci sendiri.
Setelah aku menjalani ini, yang aku rasakan adalah it takes so much time. Satu pasang sepatu, aku bisa menghabiskan rata-rata 1.5 jam, makanya satu hari biasnya aku cuma bisa 2 pasang sepatu, which means 3 jam udah itu habis waktu.
Makanya aku tidak banyak ngambil order, biasanya seminggu paling 4-5 pasang aja yang aku ambil. Dari sini aku sadar kalau, bisnis ini tidak scale, kalau dikerjakan sendiri.
Dari semester 5/6, sampai aku lulus aku ngecek berapa pendapatanku, kira-kira aku dapet bersih 3jutaan lah dari awal bikin, sampai lulus. Sangat tidak banyak, tapi lumayan buat nambah-nambah hedon.
Sampai sekarang aku selalu bawa simple clean set buat pribadi, buat cuci-cuci sepatu sendiri. It really fun dimana kita bisa merawat barang kita sendiri, karena kita ngerti dan bisa melakukannya.