Curhat

· 2 minute read

Curhat kalau kalian lupa, adalah singkatan dari curahan hati. Kita memiliki curhat yang ingin diceritakan, tidak jarang juga curhat datang ke kita dari orang lain. Kali ini kita akan bahas bagaimana baiknya meresponse curhat dan, apakah kita mesti curhat?

Kesalahan dalam meresponse curhat itu menurutku adalah sesuatu yang default. Akan ter-improve setiap ada curhatan datang. Setelah beberapa kali mendapatkan curhat, aku yakin dari kalian akan sadar, bahwa response yang terbaik adalah:

Dengarkan, dengarkan dengarkan. Diam dan dengarkan. Mayoritas orang curhat tidak ingin mendapatkan solusi, melainkan didengarkan. Meluapkan cerita yang membebani selama ini supaya lebih plong. Sangat sering sekali kita ingin membalas balik, atau biasanya ada suatu subjek atau objek dari curhatan yang mereka utarakan menarik perhatian kita, sehingga kita akhirnya malah kepo tentang itu dan akhirnya out of context, jangan kayak gitu.

Tidak jarang juga, kita akan meresponse curhat itu dengan membawa point of view kita, memposisikan kita sebagai dia dan menceritakan “kalau aku jadi kamu…” Jangan steal the spotlight, biarkan dia bercerita. Tapi meresponse seperti ini memang naturenya manusia menurutku. Memposisikan diri kita dan memberikan jawaban dari itu. Sesimple karena kita taunya itu, cuma jawaban yang berdasarkan dari pengalaman kita saja. Tapi ingat, kita punya pilihan untuk tidak memberikan jawaban/solusi. Diam dan dengarkan

Selanjutnya, apakah kita perlu curhat?

Ceritakan apa yang mau kamu curhatkan ke orang. Jangan dipendam. Kalau dengan curhat kamu merasa lebih baik, lakukan. Kalau kamu merasa, curhat membeberkan rahasia kita, kelemahan kita orang lain, berarti kalian salah memilih orang buat curhat. Curhatlah, masalah di dunia ini banyak, tapi masalah kalian tidak se-unik itu, selain hati dan pikiran jadi lebih plong, kalian juga bisa bonus mendapatkan solusi dari masalah kalian.

comments powered by Disqus