Dopamine

· 4 minute read

Pas akhir desember kemarin aku nemu podcast bagus. Science based yang bisa bikin improve our daily life. Penjelasanya newbie friendly, dan kontennya komprehensif sampai medium lah, cukup buat kita yang tidak terjun ke dunia science. Namanya hubermanlab podcast. Bakal jadi podcast favoritku di 2023. Konten pertama yang ku konsumsi itu berkaitan dengan dopamin. Aku tau sedikit tentang dopamin, itu apa, dan efeknya ke kita apa. Tapi gak pernah tau, apakah itu seserius itu? Dan detai-detailnya aku gak tau. Tulisan ini dibuat untuk menyimpan ingatanku atas podcast 2 jam yang ku konsumsi part by part selama 4-5 harian. Dopamine itu adalah substance yang di produksi oleh tubuh ketika terjadi event tertentu. Event itu bisa ketika kita melakukan sesuatu, atau ketika kita mengkonsumsi sesutu. Dopamine ini salah satu substance yang menjadi peran nomor 1 atas movement, motivation dan drive dari diri kita.

Beda dengan adrenaline yang mostly bertindak sebagai energinya, dopamine bertindak sebagai “why” nya, meng-enhance “why” nya supaya kita mau melakukan itu, menggunakan energi, yang kadang dari adrenaline.

Kenapa dopamine itu ada for the first place. Itu bisa dibilang memang dari sononya, agar manusia tetap bisa berfungsi sebagaimana manusia itu memang diciptakan. Makanya, apabila ada kegiatan dan substance yang bisa meningkatkan dopamine, itu adalah memang sesuatu yang memang creator kita inginkan supaya kita lakukan dan konsumsi. Tapi itu sudah tidak valid sekarang. Masih valid sedikit, karena otak kita itu tidak berevolusi, masih sama seperti orang purba. Functional primitif kayak makan, dan sex itu masih meningkatkan dopamin. Tapi, segala hal yang meningkatkan dopamin di jaman sekarang, belum tentu baik untuk kita.

Kadar dopamin baseline tiap orang itu beda-beda. Tapi kadar normal rata-rata untuk orang itu seragam semua. Jadi kadar dopamin yang beredar itu objektif, bukan subjektif. Di podcast tidak disebutkan berapa kadar yang baik pada tubuh. Tapi yang jelas, kalau kadar “normal” itu 100. Maka ketika kadarnya jadi 200, itu adalah kadar yang tinggi. Dan apabila kadarnya 20, itu adalah kadar yang jelek.

Tapi apa pengaruh kadar dopamin terhadap kita? Seperti yang kujelaskan tadi fungsi dopamin ada 2 besar. Movement dan motivation & drive. Jadi kadar dopamin akan mostly mempengaruhi 2 hal tersebut.

Ketika dopamin kita tinggi, motivasi kita akan tinggi, happy. Ketika dopamin kita rendah maka begitu juga motivasi kita, depresif. Parkinson, adalah salah satu penyakit keterbatasan gerakan yang dikibatkan oleh neuron produsen dopamin dalam tubuh tidak aktif dalam jumlah yang besar. Dopamin rendah bisa bikin lumpuh.

Apa aja hal-hal dan substance yang bisa meningkatkan dopamin?

  • Coklat -> Meningkatkan 1.5x kadar dopamin dalam tubuh
  • Seks -> 2x
  • Rokok -> 2.5x
  • Kokain -> 2.5x
  • Amphetamin (meth) -> 10x

Berarti kalau penjelasan diatas seperti itu, makin tinggi dopamin kita makin bagus dong? Yaudah kita ngemeth aja seumur hidup?

Benar, semakin tinggi kadar dopamin akan semakin bagus. Tapi kadar dopamin kita meningkat secara tajam, crash nya juga akan langsung tajam. Dan ketika itu terjadi, selain itu bikin mood jadi terombang ambing, kadar dopamin baseline kita akan jadi ikut turun. Kadar dopamin baseline menurun mengakibatkan “happyness” kita juga akan turun. Kenapa baseline kita bisa turun? Penjelasannya gini: Ibarat kamu punya tabungan. Tabunganmu ada 10k. Setiap hari bisa nabung 0.1k. Baseline dopaminmu di 1k. Ketika kamu let say make meth, kamu bakal “narik” tabunganmu, supaya kamu bisa mencapai kadar 10k. Ketika efeknya sudah menghilang, tabunganmu sisa 0, jadinya kamu tidak bisa menjaga baselinemu di 1k. Dan akhirnya mesti nunggu waktu agar baselinemu kembali. Belom lagi kau melakukan sesuatu yang mentrigger peningkatan dopamin lagi, kamu bahkan mesti “ngutang”, yang akhirnya ada efek samping “dopamin related ” ke tubuh ditambah regenerasi baselinemu ke 1k jadi makin lama. Aku ngerasa penjelasanku masih missleading, tapi kurang lebih oke lah.

Terlepas dari penjelasan itu. Makanya penjelasan ini jadi valid, ketika kita melakukan sesuatu yang menyenangkan berkali-kali, sesuatu itu tidak akan lagi menyenangkan. Bahasa umumnya “bosen”. Tapi kalau based on dopamine science, antara baseline kita menurun dan akhirnya peningkatannya tidak setinggi itu, atau memang sesuatu itu sudah tidak mentrigger dopamin release sebanyak itu.

Terus dengan mengetahui informasi ini, apa yang bisa lakukan supaya informasi ini men-serve kita? Next post.

comments powered by Disqus