Fantasy

· 1 minute read

Tadi abis nonton Fantastic beast 3. Aku enggak pernah nonton series ini. Ternyata bagus. Suka deh pokoknya. Aku memang suka fantasy. Suka banget. Apakah ini genetik? Kayaknya enggak.

Kalau aku sadari, dari kecil aku udah nonton kartun. Kartun minggu pagi di Indosiar dan RCTI. Mungkin initial interestnya dari sana, dan sampai sekarang aku masih mengkonmsi film, kartun, video game. Yah mungkin terinfluence dari sana.

Fantasy sama imajinasi itu sama aja. Tapi di masyarakat, menggunakan kata “fantasy” sebagai imajinasi positif, imajinasi yang mereka suka. Fantasy jadi subset imajinasi. Tapi sebenarnya mereka sama.

Kalau di film, fantasy malah jadi genre tersendiri. Semua film itu sebenarnya fantasy, tapi genre fantasy yang dimaksud itu biasanya berlatar belakang jaman dahulu lah, jaman kerajaan, jaman medieval dll. Dan ada elemen-elemen yang tidak ada dimuka bumi ni, seperti monster, sword and magic dan lain-lain.

Orang yang bisa me-leverage fantasynya juga menurutku bakal bisa menghasilkan karya. Manga, film, anime, novel fiksi itu menurutku author yang jago me-leverage fantasynya dia.

Imagination is more than knowledge kata Einstein. Yang aku tangkap inovasi berawal dari imajinasi, dan knowledge-lah yang akan berperan setelah itu untuk mewujudkannya. Jadi imajinasi dulu baru knowledge.

comments powered by Disqus