Learning the hardway, atau bahasa yang paling kita kenal belajar dari pengalaman. Pengalaman kita sendiri.
Semua hal di dunia ini berasa lebih “klik” apabila kita belajar dari percobaan kita sendiri. Lawannya adalah learning the easy way, atau belajar dari pengalaman orang lain. Tapi kalau kita mendewakan “belajar dari pengalaman” kita sendiri, menurutku ada beberapa hal yang menjadi tidak efektif.
Kita coba lihat dari 2 sisi cerita ini. Thomas Alfa Edison melakukan 1000 percobaan dan akhirnya menemukan solusi untuk membuat bohlam. Thomas Alfa Edison melakukan “learning the hardway” karena belum pernah ada yang melakukannya. Disisi lain dunia sekarang learning the easy way, karena bisa menciptakan bohlam dari pengalaman Thomas Alfa Edison tanpa membentur-benturkan kepala sampai 1000x.
Menurutku learning the hardway itu efektif (bahkan tidak ada jalan lain) kalau kita ingin menginvent sesuatu, tapi kalau di dunia ini sudah pernah ada yang membuatnya, sebisa mungkin kita tidak perlu “start from scratch”. Cukup belajar dari pengalaman orang tersebut, dan mulai dari situ.
Tapi dibeberapa hal, belajar dari pengalaman orang lain itu kurang “ngena” dalam otak kita. Menurutku karena apabila kita belajar sendiri, nyoba-nyoba sendiri seluruh panca indera kita main, jadi otak lebih gampang mengingatnya.
Kalau kita belajar dari orang lain, misal melihat dia melakukan sesuatu, mendengarkan seminar, atau membaca buku, otak kita kurang karena sedikit panca indera yang terlibat. Itu menurutku adalah problem yang mesti dicarikan solusi.
Karena apabila kita bisa learning the easy way dari segala hal yang sudah ada. Kita akan lebih hemat waktu, biaya dan tenaga (Resources). Bagaimana cara learning the easy way, tapi feel nya seperti learning the hardway