Meeting untuk review itu wasting time. Tapi coba kita cari tau dulu kenapa meeting untuk review itu ada.
Tujuan meeting itu diskusi, review termasuk diskusi, simple. Tapi kenapa review waktu meeting itu wasting time karena, banyak kesepakatan yang harusnya bisa diselesaikan diluar meeting. Belum lagi debat out of topic. Kultur kita meeting itu memang kosongan.
Supaya menghindari meeting untuk review, caranya adalah bikin review asinkronus. Review tanpa meeting. Bikin progressmu, bisa diakses dan di comment oleh stakeholder kapanpun dan dimanapun. Banyak tools yang bisa digunakan.
Disisi lain, orang udah pada tau itu bisa dilakukan. Tapi kenapa tetap milih meeting untuk review? Supaya fokus. Orang lebih fokus kalau ada event yang dilangsukan khusus untuk sesuatu. Again ini kultur.
Review tanpa meeting juga membuat orang merasa bahan review ini tidak penting, karena tidak ada events yang dilaksanakan. Again ini kultur.
Tapi ada cara supaya orang tetap fokus. Review asynchronus dibikin rule. Misal, masukan diterima sebelum deadline, kalau enggak terima apapun hasilnya.
Cara paling terakir, ketika review tanpa meeting tetap tidak bisa dilakukan, atau tidak mendapatkan hasil yang maksimal: Make them learn from pain. Biarkan para stakeholder belajar dari kesalahan.
Review yang tidak maksimal biasanya membuat result atau goalsnya tidak sesuai keinginan stakeholder. Apabila itu kejadian, maka stakeholder akan merasa bahwa review asinkronus ini mesti dilakukan dengan niat. Biarkan salah berulang kali secara terus-terusan, hingga stakeholder sadar bahwa review itu harus niat. Time is our friend.