Yang membatasi kita pilihan, yang membebaskan kita juga pilihan. Game of options. Kenapa orang-orang banyak terjebak dikondisi karena keterbatasan pilihan yang dibuat-buat, oleh pihak ketiga atau dirinya sendiri.
Ketika orang merasa kekurangan pilihan, orang tersebut bakal stay dipilihan yang sekarang, senang atau tidak. Ketika orang merasa pilihan tersebut berlimpah, atau ada aja lah, kemungkinan besar orang tersebut bakal pindah apabila pilihan sekarang serasa tidak menguntungkan dirinya. Tentu banyak faktor yang menentukan orang tersebut pindah atau tidak, bukan sekedar dari ada dan tidak adanya pilihan.
Terkadang pihak ketiga memanfaatkan kita, membuat seolah-olah kita tidak ada pilihan lain, sehingga kita harus stay untuk menguntungkan mereka. Walaupun itu sangat merugikan kita. Memanfaatkan nature kita yang takut akan ketidakpastian.
Kita memang lebih berani untuk stay dipilihan yang tidak menguntungkan daripada pindah ke pilihan yang penuh dengan ketidaktahuan. Jatuhnya udah zona nyaman, yang dipengaruhi juga oleh waktu.
Sering lagi ketidakadaan-nya pilihan yang semu di pengaruhi oleh lamanya orang tersebut berada, invest materi, pikiran, tenaga dipilihan yang sekarang. Padahal faktanya pilihan itu sudah tidak menguntungkan buat dia. Istilahnya sunk cost fallacy, dimana kita merasa “kasihan” meninggalkan pilihan itu karena kita sudah mengorbankan banyak sesuatu disana.
Internet, membuat pilihan itu terbuka sebanyak-banyaknya diberbagai macam hal. Pasangan, bisnis dan lain-lain. Tapi dengan adanya pilihan, dengan kita sadar akan pilihan yang berlimpah, menurutku kita bisa untuk tidak dimanfaatkan oleh pihak ketiga dan tentu kondisi yang tidak menguntungkan.