Aku ingat ketika ingin bertanya ke guru di kelas, mau angkat tangan tapi ragu karena takut dibilang sok rajin sama temen-temen. Aku inget ketika mau bertanya sama dosen tapi udah mau jam pulang, jadi ragu karena nanti dibilang bikin lama pulang sama temen-temen. Aku inget juga risih dibilang nerd atau geek karena nongkrongnya buat ngoding sama temen. Aku pernah diposisi itu, aku pernah jadi “teman” yang ngejudge.
Menurutku orang yang menjudge “Sok rajin” atau “Geek” “Nerd”, “Cupu”, “Kutu buku” dkk itu adalah orang yang tidak lebih pintar dari orang tersebut. Itu cuma label, dari orang tidak lebih pintar, ke orang yang lebih pintar. Mungkin supaya tetap menjaga superioritas dalam diri kayak: “Ok aku memang begok, tapi setidaknya aku enggak nerd, cupu, dkk”. Absurd juga kalau dipikir-pikir. Mereka ngejek orang yang lebih pintar, harusnya kan kebalik.
Sama halnya kayak gini, Kita lebih diomongin, dihina atau dijelek-jelekan ketika kita lebih sukses dari orang. Kita enggak bakal dihina kalau kita tidak sukses. Itu fakta masyarakat. Kenapa? Karena kalau kita lebih sukses dari dia, bakal keliatan nih, kalau dirinya dia ternyata tidak lebih baik. Ada 2 cara agar menjadi setara. Menjatuhkan orang sukses itu, atau berbenah diri menjadi sukses. Lebih gampang cara yang pertama.
Case ini ada di banyak hal, kalau kalian merasa pernah mengalami hal itu, langsung ataupun tidak langsung menurutku jauhi karena tidak ada gunanya sama sekali. Aku baru sadar kalau itu sebenarnya salah setelah lulus kuliah. Kalian harus bisa lebih cepat.