Keluar dari deadline dengan konteks kerjaan, kita sekarang bicara tentang deadline buat kegiatan sehari-hari.
Orang yang hidupnya teratur, biasanya memberikan deadline untuk kegiatan sehari-hari mereka. Misalnya harus bangun jam 6 pagi, olahraga jam 7 pagi, mandi malam paling telat jam 8 malam, makan siang jam 1 siang etc.
Tapi ketika mereka melanggar deadline yang mereka buat, mereka bakal merasa tidak senang, bahkan apabila keseringan mereka bakal gelisah. Selain itu memberikan deadline pada kegiatan sehari-hari ini seakan kita dikejar-kejar oleh waktu, oleh constraint yang kita ciptakan sendiri. Oleh karena itu, menurutku memberikan deadline untuk kegiatan sehari-hari ini tidak efektif.
Selain itu, suatu kegiatan yang diberikan deadline yang tidak efektif lagi adalah belajar, atau mencoba hal baru. Misal kita tiba-tiba dapat pencerahan daripada pulang kantor, waktu sebelum tidur kita main sosmed dan main game, lebih baik waktunya dipakai untuk belajar hal baru. Kita belajar hal baru, namun kita memberikan deadline pada diri sendiri bahwa dalam 2 minggu aku harus bisa membuat x, melakukan y, memahami z, dsb.
Memberikan deadline pada konteks ini menurutku malah membuat kita tidak enjoy selama menjalani proses, dan malah terhenti ditengah jalan.
Oleh karena itu menurutku, dalam konteks belajar, gak usah dikasi deadline. Biarkan proses itu mengalir, membuat kita excited. Jangan sampai kita merasa “kekurangan waktu” oleh deadline yang kita buat sendiri, yang membuat kita malah tidak jadi belajar.
So, use the deadline wisely