Multitasking, sesuai namanya melakukan task secara multi. Melakukan pekerjaan secara bersamaan. Dulu aku ngerasa kalau ada sesuatu yang harus multitask, rasanya superior banget, ngerasa keren karena sibuk banyak kerjaan. Tapi sekarang aku against dengan multitasking.
Aku percaya kalau dengan multitasking, banyak kerjaan yang malah tidak selesai. Multitasking, dianggap society dapat meningkatkan produktifitas. Padahal menurutku tidak. Ada satu alasan besar kenapa aku against dengan multitasking.
Context switching, atau lompat-lompat ke tugas yang berbeda, itu costnya besar. Cost itu bisa energi kita, untuk mikir maupun physically dan waktu. Multitasking tentu banyak melakukan context switching, yang ujungnya menyebabkan cost yang besar.
Lawanya multi tasking ya single-tasking. Dengan hanya mengerjakan 1 kerjaan, menghindari context switching. Jadi energi dan waktu bisa dikerahkan maksimal ke task itu. Tidak ada energi dan waktu yang terbuang sia-sia karena context switching.
Banyak lowongan kerja yang dianggap bakal sering multitasking, lebih prefer rekrut cewek, seperti sekretaris misalnya. Mitosnya cewek itu lebih jago multitasking daripada cowok. Dan menurutku itu benar. Cowok itu bego haha. Coba deh pernah gak kalian ngeliat cewek pagi-pagi, ngopi sambil bengong di teras? Enggak ada. Itu cowok aja. Mungkin karena otak cowok perlu memproses dengan cara bengong-bengong gak jelas.