Pasti pernah denger kalimat ini: “waktu berasa begitu cepat”. Kita pasti pernah ngerasain momen dimana waktu berasa sangat cepat. Padahal waktu itu sama 24 jam sehari, tapi kenapa di momen itu berasa sangat cepat, tapi di momen yang lain bisa jadi hari demi hari itu sangat lamban. Coba kita cek lebih detail.
Banyak momen senang dimana waktu merasa begitu cepat. Liburan 3 hari ke labuan bajo? Tiba-tiba udah balik pulang aja lagi. Main PS di weekend? Tiba-tiba udah minggu malem. Aku percaya momen senang bikin waktu berjalan begitu cepat, karena kita tidak ingat waktu. Kita enjoy, kita tidak memikirkan aktifitas yang dilakukan demi waktu.
Disisi lain, momen yang bikin waktu serasa berjalan lama adalah momen dimana kita tidak enjoy. Contoh: Nungguin pulang kantor jam 5 rasanya lama banget. Itu dimana kita tidak suka pada momen itu. Kebalikannya lah, cukup masuk akal.
Tapi sekarang aku lagi mengalami dimana waktu itu berasa begitu cepat, bukan dalam scope harian atau migguan, tapi tahunan. Sejak tahun 2019 awal hingga sekarang, aku merasa 3 tahun ini waktu sangat-sangat cepat. Aku dulu selalu mikir, jenjang kehidupan = jenjang pendidikan + kerja. Dimana sd 6 tahun, smp 3 tahun, sma 3 tahun, kuliah 4 tahun terus kerja. Itulah jenjang kehidupan kita
Selama masih mengikuti pendidikan formal, waktu berjalan in normal pace. SMP 3 tahun terasa enggak cepat enggak lama. SMA juga gitu, kuliah juga. Tapi ketika sudah masuk dunia kerja, waktu berasa cepat, aku udah gak kerasa 3 tahun kerja. Mungkin karena di pikiranku tidak ada lagi pengkatogerian jenjang kehidupan setelah “kerja”. Tidak ada checkpoint untuk menandai pencapaian. Kerja is endless. There is no moment worth to cherish on. Padahal tentu saja selama 3 tahun ini 50:50 enjoy dan tidak. Dan tentu 3 tahun itu tetap sama 365x3.
Jadi menurutku, rasa waktu berjalan cepat/tidak itu cuma di mindset kita.