Fruit of other’s labor

· 3 minute read

Mengambil kredit atas kerjaan orang lain. Sering terjadi. Yang paling populer, reposter. Tahun 2010-an, cukup dengan menambahkan background hitam, terus nambah text di atas dan bawah konten dengan tulisan “I can’t believe this happen”, atau “Watch till the end”, itu bisa mendatangkan traffic hampir sebesar dengan konten originalnya.

Jaman sekarang (di tiktok, reels, shorts). Dengan menambahkan background “Aesthetic” dan Lagu Sedih (Netizen bilangnya gitu), atau gak dikasi opening “Amadiketu”, konten viral itu bisa saja menjadi lebih viral ketika di repost oleh orang. Dan orang itu yang malah dapet fruitnya. (Dalam konteks ini mungkin follower, subscriber hingga bisa di monetize).

Sangat-sangat sering terjadi. Mengambil kredit atas kerjaan orang lain yang bukan kerjaan kita. Aku ingat dulu waktu 2020-an aku sempet bilang ke temen kantor, “Terserah mereka mau ngapain, yang jelas jangan aja sampai achievementku diakui sama mereka”, gitu. Yes, aku aware akan ini. Kita aware akan ini. Menurutku karena banyaknya case ini yang sukses, yang membuat si original (yang kerja) malah terpuruk membuat kita jadi extra disini

Tapi bagaimana kalau sebenarnya, ini bisa saja bukan sebuah tindakan yang immoral. Para bos, para manager. Sebenarnya dia mengambil kredit atas kerjaan bawahannya. Karena para bos dan manager itu sebenarnya tidak kerja, yang kerja itu bawahannya. Kerjaannya dia cuma nge-manage dan bertanggung jawab apabila kerjaan dia alias kerjaan kita itu ada problem. Tugas utama para bos sebenarnya tanggung jawabnya, dia yang akan dicari kalau ada masalah. Kalau kita as employee kerjaannya bagus, yang paling mendapatkan kredit tentu si bos. Tapi ini sebenarnya gak immoral kan? Ini cuma cara kerja organisasi secara natural.

Bagaimana kalau kita as bisnis owner membayar freelancer atas skillnya dia untuk membangun bisnis kita. Itu juga mengambil kredit atas kerjaan orang lho. Kalau kerjaan si freelancer ini bagus, tentu saja kita yang mendapatkan kreditnya. Tapi ini tidak immoral karena, si freelancer ya kita bayar.

Kita bisa memanfaatkan kredit dari kerjaan orang lain untuk menguntungkan kita, tapi tetap berjalan sesuai moral. Jadi manfaatkan fruit of other’s labor sebisa mungkin, karena itu akan sangat-sangat menghemat waktu, pikiran dan energy kita. Pikirkan apa yang bisa di “outsource” oleh orang lain. More than you can imagine. Coba cari.

Tapi balik lagi ke mengambil kredit orang lain yang immoral. Kalau kita mau melakukan itu, apa yang seharusnya kita lakukan, biar itu sukses dengan minimum drawback. Kita harus punya status yang lebih tinggi daripada orang yang kreditnya ingin kita curi. Kalaupun sejajar atleast punya network yang statusnya lebih tinggi dari orang itu. Dengan ini kemungkinan orang itu tidak akan bisa berbuat apa-apa, cuma bisa memendam kebencian dan menyesal.

Disisi lain, kalau kita terus menggunakan ini sering-sering sangat bisa kita di cap sebagai maling dan itu bisa berpengaruh ke reputasi. Apalagi dijaman sekarang, orang-orang lebih percaya viral di sosmed daripada lapor jalur konvensional.

comments powered by Disqus