Game Dev

· 2 minute read

Ketika ditanya waktu itu aku mau kerja apa, aku jawab bikin game. Itu tahun 2014, ketika masih sibuk-sibuknya untuk mikirin mau kuliah apa. Bapak ibuku resistance. Tapi aku tentu aja cuma jawab ringan. Karena aku ngerasa sd-smp-sma itu melakukan sesuatu yang kadang kita tidak sukai, kuliah adalah kesempatan untuk keluar dari itu. Aku suka main game, so aku pingin orang yang buat game. Simple logic. Tapi turn out, sampai sekarang aku tidak pernah me-release game satupun.

Funny things is, di beberapa kesempatan aku suka riset-riset tentang game development. Aku tau tools-tools untuk game development. Unity, unreal, godot. Yang low code ada Construct, Yoyo games, RPG maker. Pernah nginstall, pernah coba koding beberapa kali. Tapi men. Game development itu susah.

Aku selalu merasa mentok ketika harus menggabungkan art dengan logic nya. Disaat itu aku langsung males. Karena aku gak bisa bikin art nya.

Tapi sebenarnya banyak art gratis, atau gak mau yang gratis, ada yang murmer lah di internet tinggal download atau beli. Tapi yah, aku juga merasa mendevelop sebuah game itu lama, dan aku gak punya motivasi untuk konsisten.

Kisah sukses game developer gaungnya tidak se-terdengar kisah-kisah sukses para unicorn startup. Entah karena memang lebih dikit, atau memang aku tidak mendapatkan informasi itu.

Tapi menjadi game developer memiliki tempat kecil di hati yang menunggu untuk terealisasi.

comments powered by Disqus