Aku punya rule sejak SMA. Aku gak bakal ngegosipin orang. Aku tidak akan memulai untuk gosip, aku juga tidak akan mendengarkan kalau ada orang ngegosip. Lumayan jalan, aku selalu aware terhadap rule itu, sampai akhir-akhir ini aku mulai berpikir lagi.
Kenapa kita ngegosip? Kenapa kita ngomongin orang? Ada beberapa alasan:
- Kita ingin orang yang mendengarkannya memiliki pandangan yang sama terhadap kita. (Influence)
- Karena ngomongin orang seru
Gosip itu kabar yang kebenarannya belum terbukti. Itu seru karena gosip selalu tentang hal negatif. Hal negatif selalu seru dibahas, karena itu sesuatu yang tidak normal. Di TV, Sosmed Gosip yang ngetrend itu hal-hal yang negatif kok. We love that, imajinasi dimanjakan.
Selama 2 tahun kebelakang aku merasa melanggar rule. Aku ngegosip, start ngegosip. Tapi disisi lain, aku masih tetap kontrol. Topiknya gosip yang aku start mungkin cuma < 5 dalam kurun waktu 5 tahun. Aku juga ngedengerin gossip, tidak mencoba untuk mengubah topik pembicaraan. Aku makin fleksibel:
- Ngegosip, tapi kalau bisa jangan gosip yang jelek, dan kalau gosik jelek tetap claim bahwa jangan sampai pendengar terinfluence dari gosip ini.
- Dengerin gosip, tapi jangan kita sampai gosip ini menjadi bahan judgement. Tetap cari kebenaran sendiri.
Tuntutan sosialkah? kayaknya bener. Ngegosip dan mendengarkan gosip lebih ke tuntutan sosial. Tapi asal 2 poin diatas aku tetap pegang, i think im good. Karena gini, gosip itu bersifat:
- tidak benar,
- bukan kabar baik,
- dan useless.
Kalau topik pembicaraannya mengandung 3 poin diatas, buat apa dilanjutkan? Buat apa didengarkan? Think before speak.