Herd Mentality. Alias mental gerombolan. Daripada memutuskan untuk berpikir atau bertindak berdasarkan pemikiran rasional dan fakta, lebih suka untuk mengikuti society yang sering kali pergerakannya, pemikiran dan motivasinya berlandaskan emosi.
Aku habis nonton video prank. Ada 1 korban cewek naik elevator, tapi semua yang datang ke elevator itu menghadap belakang. Cuma si cewek yang menghadap ke depan. Padahal naik elevator yang benar menghadap depan. Si cewek yang bener. Tapi pada akhirnya si cewek ngikut menghadap belakang.
Ini sering banget dijumpai, aku yakin pasti kita punya pernah, atau at least pernah liat aja.
Kalau aku waktu masih pelatihan. Instruksi untuk melipat seragam dan menaruhnya harus ditengah lemari. Aku ingat itu. Tapi temen-temen malah taruh di pinggir. Aku tergiring, aku meragukan ingatanku, dan akhirnya taruh dipinggir juga. Akhirnya aku ikut kena hukum.
Herd mentality menurutku terjadi karena kita tidak mau menjadi berbeda. Sekedar tidak mau menjadi mencolok dan bikin merasa malu atau supaya tetap stay di sebuah lingkungan itu. Ada juga kayak caseku alasanya karena aku merasa tidak pede terhadap daya ingatku, akhirnya aku ngikut.
Herd mentality ini default. Karena mental ini adalah default, lingkungan kita berada itu benar-benar penting. Kita berada di lingkungan yang bagus, kita bagus, di lingkungan jelek, kita jelek. Most of the time.
Sampai ada saatnya dia bisa membuktikan bahwa herd itu ngaco, gak bener, salah dan akhirnya dia mulai pelan-pelan untuk mikir beneran. Atau kayak case aku, udah pernah kena batunya ketika mengandalkan mental ini.
The top % people aku percaya mereka sudah sadar akan mana social truth yang harus dipercaya dan mana yang tidak. Sudah bisa memilah-milah, sehingga bisa menjadi berbeda in a good way.