Inferior

· 2 minute read

Merasa inferior itu manusiawi. Walaupun manusiawi, rasa inferior yang sering muncul juga memberikan dampak yang tidak baik. Rasa inferior itu adalah pertanda bahwa kita sedang berada di kondisi yang tidak secure. Entah itu karena kita merasa berada disekitar orang-orang yang “besar”, atau kita berhadapan pada peristiwa yang tidak bisa kita hadapi. Rasa kekurangan atas suatu momen, yang memang faktual, atau hanya di bayang-bayang.

Sampai sekarang di beberapa momen aku masih merasa inferior. Ada dua contoh:

Pertama: Ketika berada dalam sebuah perkumpulan, atau bertemu orang yang memiliki kekayaan yang lebih, berada pada waktu hidup yang hampir mirip sepertiku. Memang banyak orang yang, dapat “warisan” apapun bentuknya dari orang tua, tapi yang paling mentrigger adalah ia yang memang membangun kekayaannya sendiri menggunakan usahanya ia sendiri.

Kedua: Dari segi pengetahuan. Aku sering berada di kondisi “Fake it till you make”. Itu membuatku sering seperti impostor di beberapa lingkungan. Melihat rekan kerja yang lebih muda, yang seumuran tapi skillnya diatas, itu salah satunya.

Tapi walaupun aku bilang begini, aku juga merasa bahwa, rasa inferior yang kurasakan itu, memang aku perbolehkan keluar ketika berada di momen-momen yang aku sebutkan.

Kadar ia keluar secara tidak sengaja jauh lebih kecil daripada kadar keluar yang memang aku berikan kuasa. Tidak ada yang boleh membuat kita inferior, kecuali diri kita sendiri. Karena apabila kita yang memperbolehkan mengeluarkan rasa inferior itu, kita berarti membuka diri untuk belajar. Rasa superior membuat kita arogan, rasa inferior yang seperti ini membuat kita humble.

comments powered by Disqus