Envy atau iri hati. Adalah sebuah emosi negatif, yang rasanya kita sudah sadari sedari kecil. Maksudnya, kita memang dikasi tau bahwa kita itu bisa iri, orang lain bisa iri sama kita. Iri hati Ini akan selalu terjadi. Mau se-stoic apapun diri kita kita merasa, akan ada selalu momen dimana kita akan merasa iri terhadap orang lain. Walaupun cuma sekelibat, atau kayak gimana. So, iri hati adalah memang sifat dasar manusia. Di 7 deadly sins juga ter-state kan. Tidak usah dipungkiri. Kita makhluk sosial, yang akan selalu membanding-bandingkan kita dengan society.
Kadar iri hati setiap orang itu beda-beda. Kalau kita ingin menjadi pribadi yang lebih baik, biarkan iri hati kita di kadar yang normal atau rendah saja. Ada juga orang yang memiliki kadar iri hati yang tinggi. Aku yakin kita sudah bisa menyadari itu. Karena well, emosi ini adalah sesuatu yang kita pahami dari kecil, kita jadi secara tidak langsung bisa menobserve ke luar, bahwa dimana emosi iri hati ini berasal dan berada.
Aku dulu selalu mikir, ketika orang iri hati kepada kita itu pure salah orangnya. 99% benar. Tapi sama halnya dengan yang lain, ada yang mentrigger dari rasa iri hati ke kita dari orang lain. Apabila trigger itu bisa dihilangkan, lebih baik dihilangkan karena, membuat orang iri pada kita kebanyakan akan membawa ketidakbaikan kepada kita. Tidak adil? Memang. Dunia ini defaultnya berbahaya, ada kadar yang bisa kita kontrol, ada yang tidak. Yang bisa kita kontrol, coba dikontrol.
Orang yang memiliki kadar iri hati yang tinggi, emosi itu bisa menjadi aktif, dan bisa saja membahayakan dan merugikan targetnya. Bisa sampai kehilangan nyawa. Atau yang populer disini, black magic. Pemicunya pasti biasanya irihati. Memang aku bilang, ada yang bisa kita kontrol. Tapi tetap saja sifat orang lain diluar kuasa kita. Jadi kalau ada kesempatan untuk tidak berelasi dengan orang yang memiliki kadar irihati yang tinggi, jauhi. Itu action yang bisa kita lakukan.
Iri hati biasanya sering terjadi ke orang yang menurut mereka posisi, seperti status, umur yang setara atau sejajar, tapi memiliki sesuatu yang lebih dari si iri. Atleast terlihat lebih. Apabila sama status yang lebih tinggi, biasanya lebih jarang. Kita iri dengan rekan angkatan kerja, tapi sudah lebih cepat promosi. Tapi kita jarang iri dengan boss kita.
Irihati tentu saja bisa hilang, dan bisa muncul, dari tidak ada menjadi ada. Irihati muncul dan hilang dipicu oleh pengetahuan.
Case pertama iri menjadi tidak iri. Kita basisnya iri kepada orang. Coba deh kita coba dekati dia, lebih dekat. Yang kita kira ia bisa berpestrasi karena hoki atau mengandalkan relasi, ternyada ada kerja keras, ada begadang, ada part time yang tidak kita lihat. Kita jadi acknowledge, dan akhirnya malah jadi kagum.
Case kedua, tidak iri menjadi iri. Kita basisnya kagum pada orang itu. Tapi ketika kita lihat lebih dekat, ternyata kenyataan yang kita lihat, orang ini tidak sekompeten yang kita bayangkan, dan fakta-fakta lain terungkap yang tidak sesuai imajinasi kita. Akhirnya yang dari kagum, jadi iri karena merasa status dan prestasi yang dia dapatkan tidak sesuai dengan kompetensi yang dia miliki aslinya.
Ya, mengetahui orang lebih dalam outputnya bisa jadi 2 seperti diatas.
Kesimpulan. Sadari bahwa irihati itu wajar. Jangan ditahan, karena emosi yang tertahan akan menjadi bom waktu. Sadari kita bisa iri, sadari kita sedang iri. Emosi biasanya akan memberikan energi. Gunakan energi dari iri ini untuk bekerja, menjadi motivasi agar kita bisa sejajar dari orang itu.
Kedua, jauhi orang memiliki prone to envy yang tinggi. Karena hal ruginya akan lebih banyak daripada hal baiknya. Apabila kita disuatu kondisi yang dirugikan akibat iri hati, jangan bereaksi. Rasa iri itulah hukuman buat mereka. Reaksi kita adalah kesenangan buat mereka. Jadi biarkan mereka terpuruk di dalam keirian.