Dulu semua perwaktuan itu dilihat dari nature events. Sekarang, yang kita kenal sebagai waktu itu sebenarnya buatan manusia. Waktu di jam tangan, di gadget kita, kalender itu buatan manusia. Tapi landasan “waktu” yang kenal kita sekarang aku yakin juga berasal dari nature. Kenapa 1 detik itu adalah se-brief moment itu pasti ditetapkan oleh nature event juga.
Sama kayak satu hari itu 24 jam, karena itu adalah lama bumi untuk mencapai satu rotasi. Kenapa 1 tahun itu 365/366 hari, itu karena lama bumi mengitari matahari. Revolusi.
Waktu di dunia dibagi menjadi 24 bagian, didasari atas sesimple karena 1 hari 24 jam, waktu untuk bumi berotasi. Dari sana diturunkan hingga mendapatkan Bulan, hari, minggu, jam, menit. Mungkin sampai detik, microdetik, nanodetik. Tapi kenapa waktu itu dibuat? Aku yakin ada alasan kenapa di greenwhich, dia itu +0. Kolonialisasi, alias penjajahan. Inggris dulu adalah negara yang paling banyak memiliki negara jajahan. Sehingga, supaya komunikasi dan kolaborasi bisa lebih mudah antar negeri jajahan dan standar, mereka menciptakan waktu yang kita kenal ini. Standarisasi
Supaya ada standar atas sesatu yang turn out sekarang waktu itu malah menjadi the core of the standar atas ngapa-ngapain. Kita jaman sekarang mengganggap waktu itu adalah sesuatu yang natural, padahal waktu itu adalah sesuatu yang dibuat oleh manusia. Dengan memiliki waktu positifnya tentu banyak. Yang utama adalah standar. Standar menciptakan sinkronisasi. Tapi negatifnya, kita jadi dibudak oleh waktu. Waktu kita jadikan patokan atas semuanya. Bukannya suatu events dijadikan patokan atas suatu events setelahnya. Sangat sering kita memaksakan events yang harusnya belum selesai, kita paksakan selesai karena kita memilih waktu sebagai patokannya.
Kenapa kita start kerja jam 9-5? Kenapa kita gak kerja sampai kerjaan yang kita plan, ya selesai. Patokannya events “Selesai”, bukan jam 17:00.
Kenapa kita harus tidur jam 22:00, kenapa kita tidak tidur sesuai sampai kapan kita ngantuk, dan bangun tidak dibangunkan alarm, karena kita udah beneran bangun dan udah gak ngantuk lagi (event biological)
Kita tentu sudah tau jawabannya, we live in society. Setiap event-events yang kita ciptakan, yang kita punya, yang kita ikuti, itu berbeda. Karena berbeda, mungkin itu works di lingkup society yang lebih kecil, tapi kalau udah ngomongin global, itu akan terjadi kesemerawutan. Makanya waktu diciptakan agar menjadi dasar atas segala events.
Menggunakan waktu sebagai patokan, akhirnya kita hanya bisa membuat estimasi lama suatu events itu akan start, jalan hingga berakhir. Tapi tentu, karena hanya estimasi, tentu saja dia tidak akurat.
Sekolah dasar sampai SMA itu 18 tahun. Estimasi. Disamaratakan. Orang jenius, bisa ambil accel buat lulus SMA < 18 tahun. Perlu sistem lagi untuk mengatasi estimasi yang kurang akurat. Gimana kalau orang yang kurang, yang perlu waktu lebih buat SMA? Kita dibudak oleh estimasi waktu yang sering kali banyak flaw-nya.
Tapi sampai sekarang masih ada yang menggunakan nature events sebagai penentu event selanjutnya. Budaya di Indonesia masih banyak yang menggunakan. Hari Raya Idul Fitri, harus melihat posisi bulan sabit baru. Hari Raya nyepi, yang jatuh pada bulan mati ke 9 tiap tahunnya.
Remember, waktu itu bukan natural. It’s a manmade