Karakter, pattern dan kompetensi

· 2 minute read

Karakter adalah sebuah perulangan, sebuah pola perulangan dari cara kita bertindak, berpikir dan berbicara. Lihatlah karakter seseorang dari patternnya, keseringannya dia, sesuatu dari dia yang berulang.

Orang-orang akan melakukan sesuatu sama, karena tingkah laku ini sudah di bentuk sejak masa kecil hingga remaja. Menjadi habit yang nempel erat. Kalau orang itu tidak aware, tidak ada force dari kesadarannya dia untuk merubah pattern tersebut, ia akan tetap mengikuti pattern.

Jangan menilai orang dari faktor lain, lihat patternya. Karena orang susah mengubah pattern, dan tanpa sadar jatuh ke lingkaran yang negatif.

Untuk pribadi, coba kita lihat pattern negatif apa yang sering kita lakukan. Sadari lalu coba ubah kecil-kecil. Kayak aku. Aku sekarang suka tidur malem. Bahkan seminggu ini jam 3 pagi itu udah gak jarang. Berdasarkan diatas, aku gak boleh cuma berharap biar bisa ngantuk dan tidur cepat. Aku harus merubah sesuatu. Let say, jangan tidur siang, coba ngopi siangnya biar gak ngantuk. Malemnya jangan main gadget. Perubahan itu yang akan memberikan perubahan domino ke tingkah laku yang ingin kita ubah. Harus ada yang berubah kalau enggak sifat utamanya, ya serangkaiannya.

Kita sering melihat kompetensi orang lain itu dari jabatannya, dari reputasinya. Melihat kompetensi orang itu, lihat dari patternya. Apakah beneran dia bisa, apakah beneran dia do the job. Seberapa sering dia dalam seminggu get shit done. Seberapa sering dia mengeluh, seberapa sering dia ketika rapat memotong argumen orang. Jangan memberikan justifikasi ke dia semacam: “Oh paling orang ini lagi banyak pikiran makanya gitu. Gak mungkin orang yang reputasinya kayak gini sifatnya kayak gitu”. No. Lihat patternya. Kalau dia sering kayak gitu, ya berarti memang sifatnya kayak gitu. Reputasi, jabatan, kita hidup di dunia yang, kayak-kayak gitu bukan berarti dimiliki oleh orang yang memiliki kompetensi yang tinggi.

Dari fakta ini kita bisa ambil, mencari orang yang memang bisa kita ajak partneran, bisa ajak bisnis bareng, mencari mentor yang bener, mencari anak buah, pegawai yang memang sesuai yang kita inginkan. Penampilan, tutur kata, reputasi, history, itu bisa sangat tidak relevan dengan kompetensi. Keseringan itu cuma topeng yang menutupi segala kebobrokan yang ada. Berikan kesempatan. Observe. Perhatikan setiap pattern, perulangan negatif yang dia lakukan. Kalau udah sering, dan tidak ada tanda-tanda untuk berubah, jauhi, tinggalkan, pecat, pisah.

comments powered by Disqus