Kebencian

· 2 minute read

Sakit hati, gak suka, marah, dendam. Itu semua jadi satu ke kebencian. Kebencian adalah perasaan negatif yang paling kuat, kompilasi dari beberapa.

Of course as a person aku pernah membenci. Tapi aku tidak pernah memendam kebencian itu terlalu lama. Aku udah gak benci sama senior kampusku tukang marah-marah waktu ospek. Aku udah gak benci sama guru SMA ku yang marahin aku tanpa alasan yang jeals. Aku udah gak benci sama temen lama yang akhirnya musuhan. Aku gak benci sama orang-orang bangsa penjajah yang dulu menjajah tanah air, aku tidak pernah ingin melakukan hal buruk yang ke bangsa mereka yang sekarang.

Semakin aku kesini semakin aku sadar bahwa tidak memendam rasa kebencian kepada masa lalu ini adalah skill, banyak orang yang tidak memiliki ini. Banggalah kalian yang memiliki skill ini.

Satu alasan kenapa aku tidak memendam kebencian: Kita tidak bisa maju. Memendam kebencian membuat kita akan terus memikirkan orang itu, dan bagaimana caranya agar kita bisa melampiaskan kebencian itu dan berharap orang itu terpuruk, atau at least merasakan rasa negatif yang kita rasakan yang dibuat oleh dia. Balas dendam lah. Tapi itu membutuhkan alokasi di dalam otak kita. Dan alokasi itu sometimes mendominasi. Itu yang bikin menghambat untuk maju, even stopping.

Kebencian walaupun ini negatif feelings, tapi feelings tetap feelings. Jangan hilangkan, tapi jangan dipendam. Rasakan kebencian itu, mengalir ke setiap tubuh kita ketika kita bertemu dengan pemicunya.

Translate rasa kebencian ini menjadi sesuatu yang menguntungkan kita. Misal driving force untuk berkarya. Banyak orang yang baru bisa menciptakan lagu atau buku ketika dia lagi marah, ketika lagi sedih.

comments powered by Disqus