Kemarin aku tanya ke ibuku kayak gini: “Aku sama kakak kan merantau, apa yang bikin ibu percaya kalau kita gak bakal melakukan hal aneh-aneh?”
Jawabannya ibuku kayak gini: “Iya karena ibu udah percaya, ibu sudah memberikan kepercayaan ke anak-anak buat bisa mandiri. Ibu memang pinginnya anak-anak merantau, selain karena kampus di luar bali lebih bagus (selain kedokteran), bisa juga sebagai pengalaman untuk belajar memecahkan masalah (hidup)”
Aku merasa kurang puas dengan jawaban ibuku, tapi setelah aku tanya-tanya lagi sepertinya aku dapat alasannya.
Alasan kenapa ibuku bisa percaya kalau kita tidak akan melakukan hal aneh-aneh, sebenarnya sama aja kayak kita gimana percaya terhadap orang atau teman. Ibu kita sudah 18 tahun mungkin diatas 90% selalu bertemu setiap hari. Dari bayi sampai remaja, tentu saja ibu akan melihat perkembangan anak, bisa melihat kompetensi intelektual dan emosional anak. Sehingga mendapatkan kesimpulan bahwa anak ini memang kompeten dan bisa untuk diberikan kepercayaan untuk merantau.
Sama halnya kalau kita dengan rekan kerja atau temen, kita defaultnya belum tentu percaya, tapi seiring dengan waktu yang terus dilalui bersama, kita juga akhirnya akan percaya. Ditambah setiap ekspektasi itu dipenuhi, kepercayaan makin meningkat. Pengalaman masa lalu untuk memprediksi masa depan.
Terus ada tambahan: “Karena dengan memberikan kepercayaan, itu juga akan bikin (aku & kakak) memiliki rasa tanggung jawab”.
Ini menurutku benar. Selama aku merantau, selalu ada rasa tanggung jawab ke orang tua untuk melakukan sesuatu dengan benar. Mungkin karena rasa tidak mau mengkhianati"kepercayaan” yang telah dikasi ini.
Update 14/08/2022:
Diberikan kepercayaan atas kebebasan. Itu yang malah bikin kita mengikat. Kontradiktif dengan namanya sebenarnya. Dikasi kepercayaan untuk bebas malah jadi mengikat