Keras hati

· 2 minute read

Ego, egois itu selalu dikaitkan dengan hal yang negatif. Egois sering dijadikan kambing hitam atas kegagalan suatu hubungan, keruntuhan bisnis karena para founder pada egois, dan lain-lain.

Egois itu keras hati, lawannya adalah rendah hati, humble. Disisi lain humble itu selalu dikaitkan dengan hal yang positif. Orang itu humble, jadinya banyak disukai orang. Founder itu humble di twitter, jadinya dia banyak memiliki simpatisan.

Tapi kalau kita lihat disisi lain, egois dah humble itu hanya tools. Yang harusnya kita tetap gunakan, bukan pilih satu dan hilangkan sisanya.

Banyak aktifitas, yang apabila kita bisa menggunakan keegoisan atau kehumblean kita, itu bisa menjadikan kita diposisi yang diuntungkan.

Contoh, untuk mendapatkan simpatisan ketika mencalonkan politik, kita mesti humble didepan warga. Tapi ketika debat politik, kita harus mengeluarkan ego kita supaya lawan debat tidak memanfatkan humbleness kita (Ini contoh yang sekilas kupikirkan, kayaknya ada flaw tapi you get the point).

Banyak nasihat yang menyarankan kita untuk menjadi “be yourself”, “jadilah dirimu sendiri, dan temukan tribemu” something like that. Bullshit. Kalian bisa menjadi diri sendiri apabila kalian sudah kayak Elon Musk. Enggak elon musk juga sih, yang jelas sudah sukses.

Sebelum mencapai itu, kalian harus beradaptasi sesuai dengan kondisi. “Tapi aku orangnya memang egois, kalau disuruh jadi humble, aku membohongi diri sendiri dong”. Bukan gitu. Ini bukan arahan untuk menjadi fake, atau apa. Tapi lebih ke dinamis. Jadilah dinamis.

Keras hati dan rendah hati adalah tools. Gunakan disituasi yang membuatmu menjadi untung.

comments powered by Disqus