Kereta Cepat, Semua Cepat

· 2 minute read

Ketika menulis ini aku lagi di bandung. Ada penugasan kantor buat ke Bandung besoknya, jadi dari hari ini (kemarinnya) aku cari penginapan ke tempat lokasi supaya besok pagi santai.

Karena sekalian ada tugas di Bandung, aku nyobain naik kereta cepat yang baru itu. 200 ribu, dari yang kereta biasa 150 ribu, sudah hemat waktu 2.5 jam. Yang biasanya 3 jam nyampe bandung, ini cuma 30 menit. Kukira cuma iklan ternyata betulan

Naik kereta cepat menurutku pengalaman yang aneh. Kayak, ini merupakan sesuatu yang baru, dan sesuatu yang fantastis bisa dimiliki oleh Indonesia, tapi disisi lain, kayak biasa aja. Semacam ada senasi yang sudah pernah dilalui ketika naik kereta cepat ini. Naik pesawat kah? atau naik kereta biasa? Kayaknya kombinasinya.

Selama harganya masih murah aku saranin kalau mau ke Bandung dari Jakarta atau vice verca, gunakan kereta cepat. Harga normalnya juga 300 ribu untuk yang standar, harusnya untuk beberapa orang masih masuk di kantong, dan worth 2.5 jam penghematan.

Sekarang di Bandung. Memang sempat menghabiskan waktu hidup beberapa bulan di kota Bandung. Magang kampus, pelatihan awal kerja, dan beberapa kali juga Dinas ke Bandung. Kota Bandung cukup ngangenin, karena mungkin 3 tahun terakhir udah enggak kesini. Salah satu lokasi yang ngangenin. Bali, Jogja, Bandung. Cuma 3 karena destinasi domestik masih sekitar sana-sana aja. Well walaupun gak bakal kemana-mana juga nantinya. Gila 3 tahun rasanya cepet banget.

Kita sering menyalah-nyalahkan kayak “Karena pandemi nih waktu berasa cepet banget”. Tapi waktu ya jalan konstan gitu aja. Dan sekarang sudah Desember aja malah. Waktu serasa cepat sekali berlalu, seperti kereta cepat. Kita berada didalam sebuah tabung terisolasi membuat dilatasi waktu itu sangat relatif terjadi di setiap orang-orang yang berada di tabung yang berbeda.

Mungkin bocah SD kelas 4 ngerasa semester ganjil mereka ini selasa lama banget karena sudah mulai full day school kembali. Tapi buatku pekerja kantoran yang WFO, tapi seringan WFH, sangat kebalikannya. Cepat atau lambatnya waktu udah berada di level psikis manusia. Oleh karena itu, semuanya serba relatif

comments powered by Disqus