Kritik

· 2 minute read

Kritik kita kenal seperti sesuatu yang negatif, sesuatu yang jelek. Kritik pertama dalam hidup pasti bikin kita sakit hati dan bikin emosi ke orang yang kritik kita. Selama hidup kita pasti harus dikasi paham untuk pertama kali bahwa kritik itu gak bermaksud jelek. Oleh orang pemberi kritik atau orang tua, guru, boss kantor, waktu masih mos, ospek atau orientasi kerja.

Ada alasan kenapa kritik itu sering dianggap jelek: Cara penyampaiannya jelek. Cara penyampaian pesan lebih penting daripada isi. Kalau mau kritik kita didengar dengan baik, penyampaiannya juga harus sama bagusnya dengan isinya. Kalau kalian sudah merasa melakukan itu, tapi orang itu masih resistance dan baper, berarti orang itu tidak memiliki growth mindset. Berlaku sebaliknya. Kalau kita masih sampai saat ini diberikan kritik, masih sakit hati. Berarti kalian juga termasuk tidak memiliki growt mindset. Hindari bekerja sama dengan orang seperti itu dan don’t be that guy.

Ada 2 kritik, yang cuma mengkritik tanpa memberikan solusi, ada kritik yang memberikan solusi alias kritik membangun.

Kritik membangun terkadang juga dimanfaatkan oleh pemberi kritik supaya kita “mengarah kesana” yang bisa saja menguntungkan pemberi kritik. Padahal ada banyak solusi yang lebih baik, yang lebih netral, yang lebih menguntungkan banyak pihak.

Kritik tanpa solusi juga harus kita filter, apakah ini beneran kritik, atau cuma menjelek-jelekan. Karena kita bisa malah wasting time untuk mencari solusi dari kritik itu, yang ternyata mereka yang cuma menjelek-jelekan.

Kita juga harus kritis ketika diberi kritik.

comments powered by Disqus