Lembur oh lembur

· 2 minute read

Mungkin beberapa hari kedepan aku akan sering lembur. Jadi ingat ketika awal-awal bikin project 2 tahun lalu, sama kayak gini. Dan semoga ini cuma lembur ini buat awal-awal project saja.

Sekarang jam 01:00 dini hari di jumat malam, dan aku masih ngerjain kerjaan. Karena deadline progress senin, dan supaya bisa best effort untuk ngasi progressnya.

Lembur ini mungkin terjadi karena ketidaktepatan planning dan eksekusi. Di planning kita bilang bisa selesai pada tanggal sekian, tapi setelah eksekusi, ternyata jadi jauh lebih lama. Perbedaan ini bisa terjadi karena banyak hal. Most of the time karena experience. Experience implementasi, jadi sudah bisa mengukur deadline pada saat planning. Dan kedua, experience implementasi juga, tapi di faktor kecepatan eksekusi yang dipengaruhinya.

Tapi bisa juga, lembur ini terjadi karena sesuatu yang tergesa-gesa dari stakeholder. Paling sering menurutku itu, ditambah faktor yang sudah disebutkan diatas, presentase lembur jadi makin tinggi untuk terjadi. Di kondisi sekarang, tim masuk ke 2 kategori itu.

Yang bikin lembur itu tidak mengeenakan, well, tentu lembur itu tidak mengeenakan, tapi yang bikin tidak enak sangat adalah, tidak ada kompensasi. Kompensasi lembur biasanya diadakan, tapi apabila terlalu sering, itu biasanya tidak terjadi. Bisa juga kompensasi lembur itu tidak sesuai dengan beban kerjanya. Disatu sisi, orang-orang juga enggak nyari kompensasi, yang berarti most of the time kompensasinya tidak sebanding.

Keseringan lembur tentu saja tidak baik. Karena bisa mengakibatkan produktivitas di jam kerja menurun, yang akhirnya malah terjadi endless cycle lembur. Jadi, apabila terjadi lembur, berarti ada suatu yang salah. Cari tau, dan segera mungkin terlepas dari lembur. Dan apabila terpaksa lembur, jangan lupa minum vitamin, minum air yang banyak, serta makan yang cukup.

Semangat para tikus tikus balap!

comments powered by Disqus