Pria lebih mengedepankan logic dalam berpikir dan bertindak, kalau wanita lebih mengedepankan feeling untuk itu. Kebanyakan, tapi tidak semua. Kita sebut aja mengedepankan logic adalah sifat pria, mengedepankan feeling adalah sifat wanita. Setiap manusia punya kadar masing-masing dari sifat itu.
Pria mencari fakta dan kebenaran di dunia ini, sementara wanita mencari fakta dan kebenaran di dunia dalam diri. Dalam kata lain wanita lebih ke mencari tau tentang dirinya sendiri. Pria bereaksi terhadap observasi atas aksinya ke alam semesta. Wanita bereaksi atas feeling dari aksinya ke alam semesta.
Pria lebih ke “Apakah tindakan ini adalah tindakan yang benar?” Wanita lebih ke “Apakah tindakan ini memberikanku perasaan yang positif”. Oleh karena itu, wanita merasionalisasi feelings yang dia punya. Kalau aksi ini menyebabkan positive feelings, mereka akan menyimpulkan bahwa aksi ini benar dilakukan. Di kenyataan tentu saja tidak. Tak jarang kita harus melakukan sesuatu yang menyakiti perasaan sendiri.
Oleh karena itu peradaban di dunia ini dibangun oleh pria. Karena membangun peradaban butuh membuat kebutusan yang menyebabkan korban. Dan wanita tidak akan mencapai keputusan itu.
Perdebatan. Goals dari perdebatan berbeda antara kedua belah pihak. Pria berdebat untuk maju, wanita berdebat untuk menang. Pria menggunakan fakta sebagai senjata, wanita menggunakan feeling sebagai senjata. Biasanya perdebatan pria dan wanita, akan diakhiri oleh pria memilih untuk mengalah. Karena most of the time perdebatan tidak menghasilkan goal yang pria inginkan. Tindakan mundur, sangat logis dilakukan. Wanita most of the time akan menang, apabila tidak ada asserting dominance dari pria. Ditambah lagi apabila senjata pria hanya “logic”, pria bakal ada diposisi yang tidak diuntungkan.
Pria dan wanita adalah yinyang. Wanita adalah obat dari dunia yang kejam ini. Women keep men stay sane. Kalian tidak akan pernah bisa mengubah nature mereka di level psikologi. Men and women exists untuk saling mengisi satu sama lain.