Semenjak aku balik ke Jakarta aku mulai menghitung hari lagi. Kapan weekend, kapan senin. Kapan pulang kerja, kapan jam 7 pagi (bangun). Aku kembali menghitung hari. Which means, kalau dari kacamataku, aku kurang menikmati hari-hariku disini.
Berbeda ketika aku masih WFH. Aku enggak pernah ngecek hari, bangun tidak pernah pakai alarm. Sabtu minggu sama seperti hari-hari biasanya. Dan ya, seingetku most of the time aku tidak pernah menghitung hari pada saat itu.
Tentu saja aku lebih senang ketika WFH tapi, tidak semua waktu WFH itu juga menyenangkan. Yang aku ingat, aku merasakan har-hari yang sangat redundan dalam beberapa bulan, dan itu super superrrr menyesalkan kalau diingat ingat. Aku bahkan tidak melakukan hal yang produktif. Cuma makan tidur buka laptop, kerja, tidur lagi.
Ketika kita menghitung hari aku berasumsi, aku tidak menikmati hari-hariku disini. Segera menunggu kapan weekend datang, kapan libur datang, kapan tidak kerja. Berarti, aku sedang tidak menyukai pekerjaanku disini. Apakah karena suasana baru, atau kerjaan yang kurang, atau jauh dari orang-orang terdekat dan terkasih, mungkin kombinasinya.
Setelah melewati hampir 3 tahun WFH dan, kembali ke rutinitas tikus tikus kantoran, aku ngerasa perbedaan yang sangat signifikan. Dengan mendapatkan perbedaan ini aku jadi tau bahwa, diluar sana ada kehidupan yang, adult life yang memang aku lebih prefer, ini bukan sesuatu yang default. Dan darisini aku bisa lebih percaya bahwa, kesempatan atas mendapatkan hidup yang lebih sesuai dengan yang disukai, yang lebih baik dari persepektif kita itu ada.