Kapan hari temenku cerita, kalau dia keterima part-time di Tech Company Eropa, remote working, dibayar 30€ perjam. Temenku cerita juga bahwa, interview di luar negeri, di tech industry selama dia nyoba, lebih mudah daripada interview tech company di Indonesia. Aku langsung fomo. Apa aku juga cari part time ya?
Sebenarnya aku juga beberapa bulan lalu udah iseng-iseng searching-searching part-time yang sesuai dengan skill yang aku sedang tekuni ini. Tapi aku gak pernah sampai apply.
Aku dilema. Yang bikin memperparah adalah aku tau aku bisa. Aku tau skill ku mumpuni untuk mendapatkan kerjaan yang bayar pake euro/dollar. Aku bisa mengalokasikan waktu per hari untuk part-time. Tapi aku tidak mau meninggalkan kenyamanan ini, tidak mau untuk meninggalkan status quo.
Dengan melakukan part-time, aku merasa itu adalah kerja keras. Kita kerja fulltime 8 jam, terus ditambah part-time yaa ibaratlah 4 jam. Berarti kita kerja doang sehari itu 12 jam, setengah hari kita. Buset. Sangat hustle dan working hard.
Yang sangat tidak sesuai dengan identitasku. Mungkin itu yang menyebabkan aku tidak gerak-gerak untuk ngambil part time. Hustle, tidak sesuai dengan identitasku. Aku merasa aku merubah identitas ku kalau aku kayak gitu. Aku yang dikenal sebagai orang yang hoki dan santai-santai, sekarang mau hustling dan working hard. Bukan pressure dari sekitar, tapi gejolak dari dalam diri ini semacam ada force untuk menolak.
Tapi aku men-encourage kalian untuk part-time. Daripada gabut sosmedan dan main game, mending waktunya dipakai cari duit.