Migrasi

· 2 minute read

Dalam kurun 2022, aku udah 3x migrasi system. 3x ganti OS, 3x membutuhkan install ulang, dari macOS, ke windows, dari windows ke ubuntu. Ada perasaan pulang ke rumah dan freedom ketika kembali lagi menggunakan ubuntu.

Ada beberapa hal yang aku sadari ketika aku sudah melakukan migrasi ini:

Makan waktu. Aku bisa berjam-jam untuk dimulai dari download OS nya, bikin bootable usb terus install OS nya, terus baru install install program program yang aku butuhkan buat kerja. Rata-rata bisa sampai 4-5 jam.

Disisi lain, migrasi ini menjadi tidak se-pain in the ass itu sebenarnya terimakasi ke cloud system

Semua fileku (yang penting) itu semua di cloud, sehingga yang perlu di install itu hanya tools - tools, termasuk tools untuk mengakses file yang ada di cloud tersebut (browser).

Aku pernah liat orang-orang yang beli hape iphone baru, i-cloud akan langsung mendeteksi orang itu masih memiliki hp yang lama, dan langsung ada fitur migrasi gitu. Cool, mempermudah user untuk pindah. Fitur wajib menurutku sebagai company yang tujuannya supaya orang-orang selalu membeli gadgetnya dia yang baru.

Aku suka ubuntu, karena ini menurutku adalah distro linux yang paling ramah for normal user, also mereka sering banget major update, jadi selalu aja ada yang baru, kayak macOs.

Mac itu cuma linux tapi lebih fancy. Dan itu half true lah, karena linux dan macOS ya parent nya sama, UNIX-based OS.

Tools. Banyak tools kerjaanku, yang di linux dia lebih gampang di install, dan lebih ringan dan flawless dijalankan. Itu juga yang jadi salah satu faktor utama aku milih linux.

comments powered by Disqus