Mulut punya kuasa

· 2 minute read

“Bro gimana kerjaan?” “Susah banget bro, kerjaan lembur, bos marah-marah, gak naik-naik gaji lagi”. “Gila bro, ke udah kerja dapet gaji 2 dijit, gampang dah nyicil rumah ya”. “Bah, gak punya uang segitu bro haha” “Gimana kabar bro?” “Yah gini gini aja”

Itu contohnya, tapi aku yakin kalian mengerti konteksnya. Sering terjadi.

Tidak ada keluar kata-kata baik dari kita. Mulutmu itu punya hak. Kalau yang keluar dari mulut kita itu cuma yang jelek-jelek, kejelekan itu kelak akan terus datang. Kita bisa bilang ini adalah hukum universe. Tapi aku yakin, ada sesuatu yang lebih darisana. Mungkin ini response biologi dari otak. Dengan terbiasa mendengar kata-kata negatif dan akhirnya otak mengafirmasi itu dan berusaha mewujukannya.

Inilah kenapa aku gak suka gossip. Karena mostly gossip itu adalah perputaran informasi yang negatif. Dia selingkuh lah, dia kena utang lah, dia nikah hamil duluan lah. Negatif semua, kita tau kita mesti menghindari sesuatu yang negatif tapi tanpa kita sadari mulut kita setiap hari mengucapkan sesuatu yang negatif.

Cobalah ganti, jawaban tadi dengan: “Kerjaan lagi on fire nih, walaupun susah tapi aku banyak dapet belajar disini”, “Haha aku udah punya prioritas ni dah itu belum masuk jadi prioritas keungan “, “Doing great bro, bisa bangun siang tiap hari, ketemu orang tua tiap hari, pacaran tiap weekend” Jauh menjadi lebih baik kan?

Ketika mulutmu berbunyi, kupingmu mendengarnya dan kepalamu menyetujuinya

comments powered by Disqus